Pusdatin Kemendikbudristek (23/6) – Filosofi pendidikan Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, tut wuri handayani dari Ki Hajar Dewantara menjadi inspirasi dari digulirkannya kebijakan program Merdeka Belajar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2020. Filosofi pendidikan ini memiliki pesan bahwasanya lingkungan pendidikan menumbuhkan kemerdekaan dan kemandirian dalam pembelajaran. Merdeka Belajar memberi semangat perubahan untuk menentukan cara terbaik menerapkan metode pembelajaran. Dalam konteks ini, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menciptakan berbagai inovasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, mengembangkan keterampilan dalam bidang TIK (ICT Literacy), dan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan kemenarikan proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebagai penggerak pendidikan dituntut memiliki kompetensi keahlian yang cukup untuk memanfaatkan TIK yang ada, sehingga lebih optimal dalam penyampaian materi pelajaran di sekolah. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru mengamanatkan empat kompetensi yang harus dikuasai guru, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Ada 2 (dua) kompetensi yang berkaitan dengan TIK: 1) kompetensi pedagodik, yaitu memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran; dan 2) kompetensi profesional, yaitu memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Pusdatin Kemendikbud mengadopsi dan mengadaptasi kerangka kerja kompetensi TIK dari UNESCO sebagai standar peningkatan kompetensi TIK guru secara nasional. Program peningkatan kompetensi TIK guru dilakukan secara berjenjang (leveling), yakni level 1 Literasi TIK; level 2 Pendalaman TIK (implementasi); level 3 Kreasi TIK; dan level 4 Berbagi (kolaboratif).
Kegiatan ini diberi nama PembaTIK atau Pembelajaran Berbasis TIK untuk Guru. Pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai kompetensi TIK setiap level dikemas dalam bentuk pembimbingan teknis (bimtek) dan pemanfaatan teknologi untuk e-pembelajaran. Pada level 1, peserta bimtek PembaTIK belajar mandiri secara daring, sedangkan pada level berikutnya hingga level 4 guru belajar mandiri dan mengikuti pembimbingan dari narasumber/fasilitator. Peserta yang berhasil menyelesaikan PembaTIK sampai level 4 dapat menyandang predikat sebagai Sahabat Rumah Belajar (SRB). Para SRB pada dasarnya merupakan para guru hebat yang telah membuktikan kompetensinya secara lengkap. Mereka diharapkan dapat menjadi mitra Dinas Pendidikan provinsi masing-masing dalam menggerakkan pendayagunaan TIK untuk pembelajaran.
Selanjutnya, dengan bekal sudah lolos level 4 tersebut, mereka sudah memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti ajang seleksi Duta Rumah Belajar (DRB). Peserta PembaTIK level 4 yang dipilih menjadi DRB adalah mewakili provinsi, sehingga pada akhir program PembaTIK akan terpilih 34 orang dari 34 provinsi di Indonesia. Duta Rumah Belajar merupakan puncak dari program pemanfaatan portal Rumah Belajar dalam pembelajaran. Duta Rumah Belajar akan menggerakkan unsur-unsur yang diperlukan dalam meningkatkan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran khususnya pemanfaatan fitur-fitur yang ada dalam rumah belajar. Duta Rumah Belajar diharapkan akan menjadi penggerak utama yang akan mampu membangun budaya pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran di sekolah-sekolah untuk guru dan komunitas. Dengan hadirnya Duta Rumah Belajar maka pemanfaatan portal Rumah Belajar akan lebih optimal dan efektif.
Inisiator PembaTIK pada Tahun 2017, Gogot Suharwoto, Ph.D., Kepala Pustekkom saat itu membuat program Bimbingan Teknis Pemanfaatan TIK berbasis rumah belajar di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah peserta Pembatik di Tahun 2017 sebanyak 1.020 orang yang merupakan guru yang diundang oleh dinas pendidikan provinsi/balai tekkom untuk pelatihan di provinsi. PembaTIK saat itu hanya terdiri dari 2 jenjang saja. Jenjang yang pertama, dirancang dengan kompetensi:
- Pengenalan dan Pemanfaatan Rumah Belajar;
- Sosialisasi Pemanfaatan Rumah Belajar, dan;
- Pemanfaatan Fitur Bank Soal.
Jenjang yang kedua dirancang untuk meningkatkan kompetensi berbicara di depan umum (public speaking). Pada tahun ini terpilih 27 DRB yang ditunjuk oleh dinas pendidikan setempat.
Pada tahun 2018. Pelaksanaan PembaTIK berbeda dengan pelaksanaan di tahun sebelumnya, di PembaTIK 2018 peserta mendaftar di laman Simpatik, membaca modul dan mengerjakan ujian akhir. Pada tahun 2018 tercatat 5810 peserta terdaftar. Sistem Pelatihan berjenjang dari level 1 secara full online, peserta mengeksplor modul dan mengerjakan ujian akhir. Pada level 2 dilakukan secara online dengan mendapatkan pembimbingan melalui LMS. Pada level 3 terpilih 30 peserta terbaik tiap provinsi yang diundang ke ibukota provinsi untuk pembatik level 3 untuk mendapatkan fasilitasi secara tatap muka dalam peningkatan kompetesi TIK, kemudian disaring 1 peserta terbaik untuk mengikuti level 4. Selanjutnya peserta level 4 diundang ke Jakarta untuk mengikuti PembaTIK level 4 dan diuji untuk dipilih menjadi duta terbaik, terinovatif, terkreatif.
Khusus untuk Duta Rumah Belajar Provinsi Bali ada kategori Duta Jejak Bali, karena saat itu di Bali diwajibkan oleh gubernur semua sekolah SMA/SMK memanfaatkan kelas maya dengan nama “Jejak Bali” untuk provinsi Bali. Jumlah Duta Rumah Belajar di tahun 2018 sebanyak 35 orang yang diwakili satu DRB per provinsi, kecuali dari Bali terpilih 2 orang (Duta Rumah Belajar dan Duta Rumah Belajar khusus Jejak Bali).
Pada tahun 2019, peserta PembaTIK meningkat secara signifikan. Tercatat 28.630 guru terdaftar dan mengikuti PembaTIK 2019. Konsep PembaTIK 2019 menggunakan pola yang sama seperti pola PembaTIK tahun 2018 di setiap levelnya. Pada tahun 2019 terpilih 40 Duta Rumah Belajar, namun ada beberapa provinsi yang mengangkat 2 orang karena DRB 2017 sudah tidak menjadi guru/tidak aktif, yaitu di Provinsi Aceh, Banten, Maluku Utara, Sulawesi Utara.
PembaTIK 2020, berlangsung di tengah pandemi Covid 19. Hal ini merupakan tantangan yang besar bagi Plt. Kapusdatin saat itu Dr. M. Hasan Chabibie, M. Si. Perombakan pola pembaTIK perlu dilakukan sehingga keseluruhan pelaksanaan PembaTIK 2020 dilakukan melalui daring. Animo guru untuk mengikuti PembaTIK pun luar biasa meningkat. Tercatat 71.492 guru mendaftar dan terpilih 40 Duta Rumah Belajar. Alur pelaksanaan PembaTIK 2020 digambarkan sebagai berikut:
Pada level 1, peserta mendaftar di https://simpatik.belajar.kemdikbud.go.id/, membaca modul dan mengerjakan ujian akhir. Di level 2, peserta yang lulus level 1, masuk kelas di https://simpatik.belajar.kemdikbud.go.id/pembatik, mengerjakan tugas dan mengikuti ujian akhir. Di level 3, peserta mengikuti kelas online dan terdapat bimbingan online secara syncronous. Pada level 4, bimtek dilakukan di tingkat provinsi juga secara online dan mendapat bimbingan yang lebih intensif. Pada setiap levelnya, peserta didukung oleh modul-modul pembelajaran interaktif yang membantu pencapaian kompetensi.
Penyelenggaraan PembaTIK 2021 mengusung tema “Berbagi dan Berkolaborasi, Belajar Bersama di Portal Rumah Belajar”. Masih menggunakan pola full online di setiap levelnya. Kompetensi guru dalam pembelajaran paska pandemi menjadi poin utama yang akan ditingkatkan dalam Bimtek PembaTIK 2021. Peserta berkolaborasi dalam pembelajaran ini dan berkompetisi menghasilkan karya-karya terbaik sesuai yang ditugaskan pada setiap level.
Diluncurkan oleh Mendikbud pada tanggal 15 April 2021, PembaTIK 2021 ditargetkan dapat menggaet 75.000 guru se-Indonesia. Tidak menunggu lama, hanya 10 hari dari peluncuran tersebut target tercapai dan 80.000 guru se-Indonesia telah terdaftar di Program Bimtek PembaTIK 2021.
Pembelajaran berbasis TIK (PembaTIK) menjadi sebuah ladang berkreasi bagi seluruh pihak untuk dapat berpatisipasi dan berkontribusi untuk serentak bergerak mewujudkan merdeka belajar sehingga nyala api belajar terus berkobar di Indonesia. Melalui program PembaTIK ini diharapkan guru mau pun duta rumah belajar dan sahabat rumah belajar dapat berkolaborasi berbagai profesi lain untuk memasifkan pendayagunaan TIK dalam pembelajaran.
Penulis: Hairun Nissa, M.Pd. M. Ikom – PTP Muda Substansi Produksi Teknologi Pembelajaran Pusdatin Kemendikbudristek
Editor/Desain : Fikri/Renny
Referensi:
Darmawan, Arief, dkk, 2021. Pedoman Penyelenggaran Pembelajaran Berbasis TIK Tahun 2021, Pusdatin: Kemendikbud.
Martasari, Hendri Puspa, dkk, 2020. Laporan Penyelenggaraan PembaTIK 2020, Pusdatin: Kemendikbud.
UNESCO, 2021. Partnership of 21th Century Learning Skill 4Cs, http://www.ibe.unesco.org/en/glossary-curriculum-terminology/t/twenty-first-century-skills