Jakarta, (4/12) – Prof. Lim Cher Ping dari The Education University of Hongkong mengawali pelaksanaa hari ketiga International Open, Distance, and e-Learning Symposium, (ISODEL) tahun 2021 yang berlangsung secara daring.Prof. Lim Cer Ping mengangkat isu peran guru yang sangat penting dalam menghadirkan pendidikan inklusif dan menjaga kualitas Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang mana saat ini telah menggunakan berbagai media digital terutama setelah pandemi COVID-19.
Isu Learning Loss selama pandemi yang disebabkan dari berbagai aspek seperti tidak meratanya akses internet atau tidak semua peserta didik memiliki device, untuk melakukan PJJ secara daring harus disikapi dengan menambah kompetensi para guru. Bagi Prof. Lim, guru memiliki peran penting untuk menyelamatkan pendidikan dan mengembalikan pendidikan yang berkualitas untuk para siswa seusai pandemi COVID-19.
Berbagai framework kompetensi dapat digunakan para guru seperti TPACK (Technological, Pedagogical, Content dan Knowledge), ISTE Standard Educator dan framework yang dikeluarkan UNESCO untuk membantu guru dalam memanfaatkan konten digital secara blended system.
Guru yang berkompeten secara pasti akan meningkatkan profesional guru itu sendiri”, ujar Prof Lim yang juga aktif sebaga professor tamu di UNESCO dengan konsentrasi pendidikan tinggi vokasi.
Usai sesi utama, para peserta langsung masuk ke ruang pleno yang mana narasumber-narsumber sudah siap menyajikan paparannya. Pada sesi pleno hari ketiga ini mengangkat tema ”Preseverving Future Children Characters and Culture by ICT”. Tema ini diangkat tentunya sebagai upaya membangun pendidikan karakter melalui nilai-nilai budaya terlebih lagi bangsa Indonesia yang kaya akan nilai-nilai budaya yang tersimpan di setiap tradisi-tradisi yang ada.
Ruang pleno 1 narsumber yang hadir Judi Wahjudin, S.S., M.Hum. (Direktur Pembinaan Tenaga dan Kembaga Kebudayaan ), Harry Lappalainen, Senior Lecturer, Turku Uzniversity of Applied Sciences, Wahfiudin Sakam SE. MBA. (Wakil Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI). Ketiga narsumber sepakat untuk tidak meninggalkan nilai-nilai budaya dalam membangun karakter peserta didik.
Seperti yang disampaikan Judi Wahjudin, litersi budaya dan tradisi harus ditingkatkan di kalangan peserta didik akan dapat meningkatkan berbagai kecerdasan dari budaya yang tidak hanya dilihat dalam bentuk wujud namun ada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ia meminta sekolah dapat mewujudkannya dalam bentuk ekstrakurikuler.
“Contohnya tradisi ziarah banyak orang yang tidak tahu siapa orang yang ia ziarahi. Inilah juga yang menjadi fokus dari Mas Menteri Nadim agar di makam-makam para tokoh itu disediakan papan informasi agar para peziarah dapat tahu perjuangan dari para tokoh-tokoh itu,” ujar Judi
Senada dengan Harry Lappalainen, Senior Lecturer, Turku Uzniversity of Applied Sciences yang mengatakan pendidikan selama pandemic COVID-19 telah meningkatkan kualifikasi para guru, menyadarkan akan satu kurikulum harus dirancang dengan mengkaitkan berbagai disiplin ilmu dan juga membentuk paradigma baru.
Tak kalah menarik paparan Wahfiudin Sakam yang menyoroti pembangunan peradaban manusia perlu dilihat secara komperhensif. Jumlah penduduk yang meningkat juga perlu memperhatikan kebutuhan dasar seperti makanan, air minum, udara yang bersih, kesehatan,pendidikan,transportasi, lingkungan dan juga spiritualitas.
Wahfiudin menganggap membentuk karakter spiritual berarti membentuk pribadi berintegritas. Pribadi yang lebih berfokus pada makna kehidupan dan kebijaksanaan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.
Sementara pada ruang pleno 2, narasumber yang hadir Dr. Arif Wismadi and Cahya K. Ratih, ITU Consultants, Prof Sumanto Al-Qurtuby – Direktur Nusantara Institute, dan Tony Priono – Education Consultant Acer Indonesia.
Prof Sumanto Al-Qurtuby, menjadi pembicara pertama mengajak peserta mendefiniskan ICT dan Culture. Menurutnya, ICT saat ini sudah bergeser tak lagi sebatas komunikasi dan informasi menggunakan alat telekomunikasi seperti perangkat komputer.
Kini ICT telah berubah seiring terjadinya konvergensi media yang kini sudah dalam bentuk gadget. Dalam lebih luas ICT mewadahi seperangkat alat komunikasi termasuk berbagai layanan di dalamnya.
Sementara budaya dapat didefinisikan segala yang orang miliki, pikirkan dan juga perilaku sehari-hari. Untuk itu, ICT harus dimanfaatkan untuk menyebarkan budaya-budaya baik karena jika sebaliknya nilai-nilai budaya yang buruk akan kebih dominan di kalangan masyarakat.
Dr. Arif Wismadi and Cahya K. Ratih, ITU Consultants,membagikan paparannya dalam Membangun Konektifitas Sekolah di Indonesia. Paparan ini diangkat tentunya didasari dengan data yang didapat bahwa pandemic COVID-19 meningkatkan konektifitas antara murid dan guru, sekolah yang memiliki kesenjangan baik secara aksesibilitas, terjangkau, dan penetrasi.
Belum lagi masalah infrastruktur internet yang belum merata. Permasalahan lainnya juga mencari cara agar ada keterkaitan antara sektor pendidikan dan sektor digital. Tak kalah pentingnya dengan adanya konektifitas di sekolah juga agar sumber daya pembelajaran digital yang sudah dimanfaatkan di kala pandemic dapat terus berjalan di era new normal.
Untuk mewujudkan konektifitas sekolah dua narasumber ini memaparkan framework untuk mewujudkannya. Cahya Ratih menyampaikan ada tujuh komponen yang dapat perlu diperhatikan mulai dari kebijakan, infrastruktu dan perangkat, keuangan yang memadai, data digital, literasi dan kemampuan digital, sumber daya pembelajaran digital, dan komunitas pembelajaran. Sementara Toni Priono, Acer Indonesia menyampaikan upaya acer dalam pendidikan di masa pandemi.
Sebelum istirahat siang, Rektor Universitas Terbuka, Prof. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D, juga berkesempatan hadir dalam forum ilmiah yang rutin dilaksanakan selama dua tahunan sekali ini. Salah satu yang diceritakan Prof. Ojat adalah faktor penting dari kesuksesan melakukan implementasi ICT dalam pendidkan.
Pengalaman ini tentunya ia dapatkan selama mengabdi di Universitas Terbuka (UT) yang sudah kurang lebih 30 tahun hingga kini menjabat sebagai rektor yang memiliki mahasiswa berjumlah 170.000 mahasiswa yang semuanya melakukan PJJ dalam aplikasi pembelajaran digital atau Learning Management System. Komitmen penuh pimpinan sangat menentukan agar layanan PJJ di UT dapa berjalan seperti saat ini.
Pada sesi parallel usai makan siang, para pembicara memaparkan hasil risetnya baik secara kelompok maupun individu. Riset yang dipaparkan dalam delapan parallel room menghadirkan 32 periset yang memaparkan hasil risetnya. Para periset tidak semuanya berlatar peneliti tetapi juga para guru, dosen, pengembang teknologi pembelajaran, pranata komputer dan akademisi di dunia pendidikan.
Selama kurang lebih 2,5 jam para peserta berinteraksi dengan para periset . Sementara di ruang utama , Irfana Steviano memandu acara kunjungan virtual booth dari para sponsor yang ikut menyukseskan pelaksanaan ISODEL 2021.Irfana yang juga sebagai Commite Board atau ketua panitia pelaksana ISODEL 2021 juga melaporkan event tiga hari ini telah dilaksanakan dengan baik.
Kerjasama antara berbagai pihak mulai dari pembicara, moderator, para professor, instansi jaringan IDLN serta sponsor adalah sebuah kolaborasi yang menyukseskan ISODEL tahun ini. Kolaborasi tidak hanya dimaknai dalam wilayah geografi tetapi juga pada seluruh profesi.Irfana menambahkan, kolaborasi adalah hal fundamental yang perlu dibangun dalam menghasilkan pedagogy yang efektif, kolaborasi juga menjadi salah satu rekomendasi yang didapat dari ISODEL 2021.
Kapusdatin Inginkan Peserta ISODEL 2021 Wujudkan Hasil Rekomendasi
Dari rekomendasi ISODEL 2021 tersebut, Kapusdatin Kemendikbiduristek, Dr.M. Hasan Chabibie menyampaikan di hadapan peserta kala menutup ISODEL 2021 bahwa dalam mewujudkan pembelajaran digital, tak hanya sekedar infrastruktur yang perlu dibangun namun juga aspek kemanusiaan yang akan mengembangkan inovasi. Hasan mengamati dinamika yang terjadi dalam ISODEL 2021 sangat menarik terkait karya inovatif dan media pembelajaran yang dikembangkan oleh individu, pemerintah maupun dunia industri.
“ ISODEL 2021 membuktikan saat ini kolaborasi begitu sangat mudah untuk melengkapi satu sama lain untuk menghasilkan karya yang optimal,” ujar Hasan.
Tak hanya itu, ia berharap setelah pelaksanaan kegiatan ini kita semakin tertarik untuk mengeksplor lagi pembelajaran digital dalam mendukung metode hybrid dalam pembelajaran di era baru yang juga rekomendasi dari pelaksanaan ISODEL 2021. Ia juga meminta pendidika untuk mengawal pendidikan karakter dan nilai-nilai budaya yang perlu diketahui anak-anak bangsa. ICT juga menjadi alat bagi pendidik untuk mewujudkan itu.
“ Pendidikan karakter yang juga menjadi sorotan di pembelajaran digital juga perlu disikapi dengan bijak. Di saat Sebagian orang tua meragukan pembelajaran daring dan sebagian guru mengkhawatirkan berkurangnya karakter peserta didik kita jangan lupa bahwa ICT menyediakan peluang untuk membagikan nilai-nilai positif,” tambah Hasan.
Tak lupa ia berterima kasih kepada jajaran pihak yang terlibat mulai dari para anggota IDLN, sponsor dan panitia pelaksana yang terlibat. Tak lupa para pembicara, periset serta moderator yang ikut serta. Ia berharap ISODEL 2021 dapat memberikan kesan terhadap pembelajaran digital. Ia berharap pada ISODEL 2023 yang akan datang akan terjadi inovasi-inovasi baru yang dibuat peserta ISODEL 2021.
Baca Rekomendasi ISODEL 2021 : http://pusdatin.kemdikbud.go.id/recommendations-from-isodel-2021-forum-education-technology-in-the-new-normal-now-and-beyond/