Corona bukan nama seorang wanita, melainkan virus yang menyerang manusia. Virus ini berkembang biak pada reseptor yang terdapat di saluran pernapasan sehingga menyebabkan sakit.
Corona diperkirakan masuk ke Indonesia sejak Februari. Kala itu para siswa sedang asyik belajar di kelas. Mereka tengah serius dan tekun mengikuti pembelajaran dalam bimbingan bapak dan ibu guru. Di tengah keceriaan belajar itu, tiba-tiba ada pengumuman bahwa corona telah menyebar di Indonesia dan siswa pun diinstruksikan untuk belajar di rumah dengan menggunakan bahan ajar yang ada. Terbayang dalam pikiran saya, bagaimana keberlangsungan belajar mereka?
Sebagai orang Kementerian, saya teringat media pembelajaran berbasis IT yang dikembangkan pemerintah, yaitu Rumah Belajar dan Tv Edukasi. Media ini dikembangkan dengan tujuan memberikan tambahan pelajaran bagi siswa dan juga tambahan pengetahuan bagi guru.
Adanya fasilitas ini merupakan jalan keluar dari kekhawatiran saya. Keluarga yang di rumahnya mempunyai fasilitas IT dan internet, dapat memanfaatkan Rumah Belajar dan Tv Edukasi. Melalui fasilitas tersebut, siswa dan guru bisa tetap belajar dengan bimbingan orang tua dan guru.
Minggu ke-1 berjalan dengan normal, siswa sangat semangat, begitu juga guru. Pengguna Rumah Belajar dan Tv Edukasi melonjak drastis. Semua semangat mengikuti program yang sudah disediakan di kedua fasilitas yang disiapkan Kemdikbud itu.
Minggu ke-2 masih semangat. Kenaikan pengguna tetap tinggi, tetapi tidak sebesar minggu ke-1. Banyaknya pilihan materi yang disediakan dan bisa diakses, membuat pembelajaran tidak monoton.
Minggu ke-3 masih semangat walaupun sudah ada penurunan dibandingkan minggu ke-2. Tanda-tanda kejenuhan siswa dan guru mulai terasa. Mungkin, pilihan materi sudah harus ditambah bukan hanya konten pembelajaran, tetapi juga materi yang ada kaitannya dengan meningkatkan motivasi, materi yang mengandung edutainment (bermain sambil belajar), serta bimbingan konseling yang bertema permainan edukatif.
Belajar di rumah karena virus corona akan segera memasuki minggu ke-4. Tantangan bagi kita semua untuk mempertahankan semangat siswa dan guru untuk konsisten belajar di rumah. Jangan terjadi kebosanan, baik guru maupun siswa.
Apa yang harus dilakukan? Materi-materi yang terkait dengan trauma healing dan bermain sambil belajar perlu segera disediakan di Rumah Belajar dan Tv Edukasi. Walaupun saya yakin itu tidak sepenuhnya menjadi jalan keluar mengatasi kebosanan siswa dan guru dengan learning management system yang ada. Namun, paling tidak ada pilihan bahan pengetahuan lain yang lebih menyenangkan.
Bagaimana dengan daerah-daerah dengan fasilitas IT yang terbatas. Ini juga tantangan lain yang harus dijawab oleh layanan pendidikan kita. Bahan ajar berbasis komik, bahan ajar berbasis permainan yang sifatnya individu dan kelompok-kelompok kecil perlu diciptakan sehingga mereka bisa tetap belajar di rumah dengan senang.
Banyak hal yang masih harus kita kerjakan. Kita berharap suasana pendidikan dan proses pembelajaran normal kembali, siswa dan guru kembali ke sekolah. Suasana keceriaan pertemuan guru dan siswa tidak bisa tergantikan, canda dan keisengan antarsiswa yang mewarnai sosialisasi dan proses kehidupan di sekolah menimbulkan rasa kangen antarmereka. Begitu juga suara guru yang nyaring, memberi motivasi siswa, memberi harapan kehidupan yang luar biasa untuk menatap masa depan anak-anak kita.
Adanya pandemi corona, membuat kita semakin sadar, bahwa guru memang tidak akan tergantikan oleh apa pun dan siapa pun dalam proses pendidikan.
Didik Suhardi, Ph.D. adalah Direktur PSMP Kemdiknas (2008–2015) dan Sekretaris Jenderal Kemdikbud (2015–2019)
Tulisan ini juga telah tayang di laman https://suyanto.id/corona-dan-belajar/