Jakarta (22/9) – Di balik musibah selalu ada berkah. Sesulit apapun pandemi Covid-19 yang dihadapi oleh para guru di sekolah, terdapat kebaikan bersamanya. Salah satu berkah yang dirasakan di sekolah adalah tumbuhnya inovasi pembelajaran oleh para guru. Tulisan ini akan mengungkap beberapa saja inovasi yang dilakukan oleh para guru dari sekian banyak guru hebat di tanah air.
Di antara inovasi tersebut adalah pembelajaran dengan memanfaatkan aplikasi berbasis LMS (Learning Management System) tertentu, pemanfaatan media sosial secara asynchronous, pembelajaran dengan pendekatan blended, keterlibatan orang tua murid, penerapan model-model pembelajaran inovatif, serta pembelajaran yang berorientasi kepada kebutuhan siswa. Tujuan penulisan adalah sebagai pengumpulan informasi awal dalam rangka mendorong pengembangan inovasi pembelajaran selanjutnya.
Disajikannya tulisan ini kepada Anda, dengan harapan mudah-mudahan menjadi inspirasi baik bagi para guru, bagi para pengembang teknologi pembelajaran, maupun bagi para stakeholder pendidikan lainnya.
Tantangan Menjadi Peluang
Tantangan pembelajaran di masa pandemi menjadi peluang tumbuhnya inovasi pembelajaran oleh guru di sekolah. Inovasi dapat diartikan sebagai pembaruan atau sesuatu hal yang baru atau dianggap baru oleh seseorang atau sekelompok orang. Sesuatu yang baru tersebut, bisa saja berupa ide, gagasan, cara, metode, barang, alat, teknologi, atau apa pun yang baru yang mendatangkan nilai tambah atau keuntungan bagi yang menggunakannya atau yang mengadopsinya.
Inovasi diterapkan oleh seseorang dalam rangka memecahkan permasalahan secara efektif dan efisien. Di era pandemi, sekolah menghadapi permasalahan yaitu tidak dapat melakukan pembelajaran tatap muka seperti biasa, siswa belajar dari rumah (BDR). Bagaimana agar kegiatan BDR berlangsung secara efektif, hal ini memerlukan inovasi. Guru dituntut untuk mengembangkan kreativitas dalam menciptakan suasana proses belajar mengajar, sehingga BDR menjadi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Tidak mudah mengelola kelas dalam kondisi guru dan murid berada di tempat terpisah. Meskipun berbagai teori belajar dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat memungkinkan pembelajaran dilakukan secara daring. Namun dalam prakteknya banyak hal yang harus mengalami penyesuaian. Keberhasilan pembelajaran BDR setidaknya tergantung dengan sejumlah faktor, yang terdiri dari guru itu sendiri, siswa, orang tua murid, perangkat TIK, jaringan, dll.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam menciptakan pembelajaran. Walaupun semua perangkat teknologi dan jaringan tersedia, namun apabila guru gagal menciptakan suasana pembelajaran yang baik, maka BDR akan mengalami kegagalan. Demikian pula dukungan orang tua murid sangat penting. Kerjasama guru dengan orang tua murid sangat diperlukan, terutama pada murid sekolah dasar, TK, dan PAUD.
Inovasi lahir dari kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir alternatif gagasan baru yang berguna. Kreatif adalah sifat yang selalu mencari hal-hal baru sedangkan inovatif adalah sifat yang menerapkan solusi kreatif. Jadi kreatif tapi tidak inovatif adalah hal yang mubazir (Rusli, 2017).
Beaty (2018) yang ahli neurosains mengungkap bahwa bukti terbaru menunjukkan, kreativitas melibatkan sebuah interaksi rumit antara berpikir spontan dan terkendali. Pada otak terdapat sebuah jaringan yang disebut jaringan kreatif tinggi yang dihasilkan oleh tiga jaringan, yaitu jaringan default, jaringan eksekutif, dan jaringan silence.
Kreatifitas merupakan hasil kerja otak, sedangkan inovasi adalah wujud atau implementasi dari kerja otak tersebut. Jadi, seorang guru inovatif dapat dikatakan sebagai guru yang senantiasa berpikir mencari solusi terhadap masalah-masalah pembelajaran yang dihadapinya, kemudian menerapkan solusi tersebut dalam sebuah kegiatan nyata. Inovasi lahir dari adanya kegelisahan.
Julaeha (2020) menyarankan sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan anak, maka tidaklah salah apabila terus-menerus melakukan inovasi dalam pembelajaran. Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan sistem pembelajaran merupakan salah satu penunjang akan munculnya berbagai inovasi baru yang segar dan mencerahkan.
Secara umum inovasi lahir dari adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan tersebut bisa saja timbul dari adanya permasalahan yang dihadapi, adanya teknologi baru, adanya kebijakan baru, atau adanya rencana pengembangan, dll. Kesadaran mengenai adanya permasalahan merupakan dorongan tumbuhnya inovasi dari diri sendiri. Misalnya seorang guru yang mendapati siswa kurang motivasi belajar, maka guru tersebut akan mencari cara atau metode yang efektif untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Kepekaan terhadap permasalahan merupakan modal utama untuk lahirnya inovasi. Adanya teknologi baru seperti hadirnya perangkat TIK di sekolah juga merupakan suatu inovasi di mana guru dituntut untuk dapat memanfaatkan perangkat teknologi tersebut secara tepat guna. Demikian pula adanya kebijakan baru seperti internet masuk sekolah, misalnya, melahirkan berbagai inovasi pembelajaran di sekolah.
Inovasi juga bisa lahir dengan perencanaan. Misalnya sekolah yang memiliki program atau rencana jangka lima tahun ke depan akan menjadi sekolah unggulan, maka harus merancang dan merencanakan berbagai inovasi yang dibutuhkan untuk mendukung program tersebut.
Uniknya, inovasi bisa lahir juga karena keterpaksaan. Musibah pandemi covid-19 merupakan contoh yang sangat baik tentang hal ini. Di masyarakat kita dikenal ungkapan “power of kepepet”. Jadi ketika kondisi darurat, maka kreativitas tumbuh. Dalam paparan hasil Analisis Studi Pembelajaran Digital Indonesia yang dilakukan oleh Unicef, Bennett (2021) mengungkap ada 67% guru mengalami kesulitan dalam menggunakan perangkat dan platform daring.
Namun sayang Unicef tidak mengungkap berapa banyak guru yang menjadi inovatif karena kesulitan tersebut. Salah satu rekomendasi dari analisis studi tersebut berbunyi; Menyesuaikan metode pengajaran berdasarkan kebutuhan siswa dan menghindari pendekatan ‘satu solusi untuk semua masalah’. Tidak ada satu solusi untuk semua masalah. Dalam hal ini maka yang paling mengetahui permasalahan pembelajaran di tempat masing-masing adalah guru yang bertugas di sekolah tersebut.
Oleh karena itu, guru perlu dibekali kemampuan dan juga kepercayaan diri untuk mengambil solusi terhadap permasalah pembelajaran bagi siswanya. Dalam pengantar Simposium Pembelajaran Digital Berkualitas, Dirjen GTK, Iwan Syahrir (2021) menyampaikan bahwa guru harus siap bertransformasi untuk nyaman dalam ketidaknyamanan. Guru harus mau berubah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang. Setiap perubahan akan menimbulkan ketidaknyamanan sementara, dan pada akhirnya akan ketemu dengan kenyamanan baru (new normal).
Kebijakan merdeka belajar dalam hal ini harus juga sampai kepada guru, agar guru merdeka untuk mengembangkan strategi dan inovasi pembelajaran, tanpa khawatir disalahkan oleh kepala sekolah atau penilaian dari pengawas. Pengalaman guru “terbentur-bentur” mencari solusi di era pandemi, seyogyanya menjadi modal yang mendukung arah kebijakan merdeka belajar.
Hal tersebut diperkuat oleh Nunuk (2021) yang mengatakan bahwa salah satu faktor penting dalam kebijakan merdeka belajar ke depan adalah guru sebagai fasilitator belajar dan pelatihan guru berdasarkan praktik. Bagi para guru, kondisi pandemi merupakan suatu tantangan yang dapat menjadi peluang untuk merdeka mengembangkan berbagai inovasi pembelajaran.
Pada artikel berikutnya penulis akan membagikan kreatifitas-kreatifitas yang tumbuh di masa pandemi. Mereka adalah guru inovatif yang tahun 2020 yang lalu telah mengikuti bimbingan teknis (bimtek) dengan materi mencakup; Dasar-dasar Pengembangan Pusat Sumber Belajar, Pengembangan Model-model Pembelajaran Inovatif, serta Pembuatan Media Pembelajaran berbasis TIK. Untuk membacanya anda dapat mengklik link berikut ini, http://pusdatin.kemdikbud.go.id/tumbuhnya-kreativitas-dan-inovasi-pembelajaran-di-era-pandemi-2/
Selamat Menumbuhkan Kreatifitas
Penulis: Kusnandar, M.Pd.– PTP Madya Substansi Pemanfaatab dab Evaluasi Teknologi Pembelajaran Pusdatin Kemendikbudristek
Editor/Desain : Fikri-Maria/Renny