SILN Bergerak Wujudkan Digitalisasi Sekolah untuk Mencapai Merdeka Belajar

0
1454

Jakarta (25/12) – Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) menjadi tuan rumah dari pelaksanaan Kihajar TIK Talks yang terakhir, bertepatan dengan peringatan Hari Ibu Nasional. Hampir seribu peserta tercatat berpartisipasi dalam acara ini, peserta terdiri dari kalangan guru dan tenaga kependidikan yang berasal dari 13 Sekolah Indonesia Luar Negeri dan dari Tanah Air tentunya.

KIHAJAR TIK Talks SILN merupakan satu bagian dari gelaran besar KIHAJAR 2021 berupa seminar daring (online) dengan menampilkan beberapa narasumber ahli dan praktisi IT untuk Pendidikan, yaitu Atase Pendidikan dan Kebudayaan Den Haag, Kepala Sekolah Indonesia Singapura, Profesor Sistem Informasi sekaligus Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi Umum Universitas Indonesia, Praktisi Pendidikan dan Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru, Guru IPA jenjang SMP Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, dan Guru Bahasa Indonesia Sekolah Indonesia Bangkok & Sahabat Rumah Belajar 2021.

Din Wahid selaku Atase Pendidikan dan Kebudayaan Den Haag, menyampaikan ucapan terimakasih kepada Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kemendikburistek atas diselenggarakannya Kihajar TIK Talks yang sangat bermanfaat untuk pengembangan SILN. Beliau menyampaikan bahwa tugas Atdikbud yang membawahi SILN mempunyai dinamika dan tantangan tersendiri. Beliau juga memberikan beberapa gambaran terkait kendala yang dihadapi di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH).

” Kendala pertama, kurangnya SDM dalam mengampu setiap mata pelajaran yang ada. Sehingga SIDH harus mampu memanfaatkan SDM yang ada untuk semua mata pelajaran yang diajarkan di semua jenjang. Oleh karena itu, setiap guru di SILN dituntut harus mampu mengajar multi subjek pada multi jenjang pendidikan,” ujar  Din Wahid

Din Wahid, Atase Pendidikan di Den Hag

Kedua terkait program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), dimana guru dan siswa cukup sulit untuk menyesuaikan jam belajar karena adanya perbedaan waktu. Program PJJ sangat relevan dengan kegiatan saat ini, terutama sejak adanya pandemi Covid-19. Sektor pendidikan adalah salah satu sektor yang terdampak oleh pandemi. Program pembelajaran menjadi tidak menentu.

Beliau mengajak para peserta TIK Talks, khususnya guru-guru di SILN mampu beradapasi dengan situasi baru dan kurikulum juga harus disesuaikan dengan cara pembelajaran di masa pandemi. Oleh karena itu, program digitalisasi pendidikan menjadi sesuatu yang niscaya. Semua SILN harus sudah siap dengan program ini. Jika semua sepakat dengan program digitalisasi pendidikan ini, maka mengembangkan teknologi informasi di SILN akan menjadi kebutuhan yang mendesak.

Selanjutnya, kata sambutan oleh Dr. M. Hasan Chabibie, M.Si. selaku Kepala Pusdatin Kemendikbudristek. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran pada masa sekarang ini menjadi sesuatu yang tidak dapat dielakkan, baik sekolah yang ada di Indonesia maupun Sekolah Indonesia di Luar Negeri.

” Dibutuhkan penyikapan yang cepat dan baik dalam menjawab tantangan pendidikan di masa pandemi ini. Pusdatin hadir untuk menjaga nyala api belajar para siswa dengan memanfaatkan berbagai platform teknologi maupun media-media pembelajaran digital yang dikelola secara virtual sesuai mata pelajaran masing-masing dan tentunya diampu oleh Bapak Ibu Guru dibidangny,” tandas Hasan.

Disampaikan juga bahwa Kihajar TIK Talks ini menjadi salah satu ruang dan sarana untuk saling berbagi satu sama lain. Beliau berharap para peserta dapat menggali praktik baik dari para narasumber, yang nantinya bisa saling sharing dan terus menerus melakukan inovasi berbasis pemanfaatan teknologi informasi.

Kapusdatin Kemendikbudristek, Hasan Chabibie

Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi pertama oleh Yenny Dwi Maria selaku Kepala Sekolah Indonesia Singapura. Beliau membahas topik Kesiapan SILN dalam Digitalisasi Sekolah. Beliau menyampaikan beberapa tantangan yang dihadapi SILN, diantaranya kompleksitas karena terdiri dari berbagai jenjang dalam manajemen yang sama. Kedua, rasio perbandingan antara guru dan peserta didik, dan ketiga adanya tantangan di masa pandemi yang mengubah tatanan pelaksanaan layanan pembelajaran di sekolah.

Salah satu upaya dalam menghadapi tantangan ini adalah dengan melakukan intervensi teknologi yang sejalan dengan program pemerintah. Beliau juga menyampaikan bahwa SILN sudah melaksanakan digitalisasi sekolah, namun yang menjadi refleksi adalah sudah sejauh mana digitalisasi ini dilaksanakan. Oleh karena itu, SILN menyambut baik dan turut menyukseskan program pemerintah dalam hal digitalisasi, mulai dari penguatan SDM, sarana dan prasarana yang layak, dan best practice pembelajaran.

Selain itu, ada beberapa hal yang penting untuk menjadi perhatian bersama. Pertama, pentingnya menyadari isu atau sudut pandang pedagogik bahwa teknologi adalah alat untuk memproduksi sebuah konten. Maka efektivitas konten harus ditempatkan lebih utama daripada kecanggihan teknologi. Kedua, melakukan refleksi, pemetaan, evaluasi diri dan benchmarking. Kemudian teacher empowerment baik secara pedagogik, teknologi maupun kebijakan-kebijakan pendidikan, serta kesejahteraan lahir batin para guru.

Yenny Dwi, memaparkan paparannya

Beliau menambahkan bahwa dalam pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran harus disesuaikan dengan kosteksnya, seperti lokasi sekolah ada dimana, karakteristik peserta didik seperti apa, dan proyeksi masa depan mereka seperti apa, tapi secara paradigma baik para guru maupun peserta didik tidak boleh tertutup dengan teknologi. Setiap individu harus mempersiapkan diri untuk menyambut era teknologi, terutama untuk pembelajaran.

Di akhir sesinya, beliau mengajak para pendidik dan tenaga kependidikan agar senantiasa menjadi indvidu yang bersedia untuk terus belajar memperbaharui diri menyambut teknologi apapun yang datang demi dapat terus mendampingi dan menyiapkan anak-anak bangsa menyambut masa depan yang cemerlang. Jadi mari tumbuhkan selalu budaya terus belajar, mengupgrade diri, berbagi dan berkolaborasi di lingkungan sekolah masing-masing.

Pemaparan materi kedua oleh Prof. Dr. Ahmad Nizar Hidayanto, M.Kom., Profesor Sistem Informasi sekaligus Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi Umum Universitas Indonesia. Beliau menyampaikan topik tentang Tren Pemanfaatan Teknologi untuk Pendidikan Masa Depan. Sebagai seorang guru, beliau mengajak agar dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada saat sekarang ini.

Para guru akan memberikan dampak yang besar, apalagi jika gurunya handal maka transformasi pada pendidikan ini juga akan lebih besar lagi. Saat ini, siswa diminta untuk aktif dalam belajar, oleh karenanya metode pembelajaran sudah mulai banyak dikembangkan, seperti colaborative learning, project best, dan sebagainya. Sebagai guru tentu juga harus belajar untuk mendukung kegiatan tersebut tentunya dengan memanfaatkan teknologi.

Teknologi hadir menciptakan lingkungan instruksional yang dapat memfasilitasi keterlibatan aktif, memenuhi kebutuhan belajar siswa yang spesifik dan beragam, memfasilitasi pemecahan masalah kolaboratif, menyediakan lingkungan belajar yang otentik bagi siswa. Beliau juga menambahkan bahwa teknologi memiliki peran besar dalam pengajaran dan pembelajaran, diantaranya teknologi dapat meningkatkan produktifitas guru, memberikan dukungan untuk pendekatan instruksional baru, menawarkan kemampuan instruksional yang unik, serta memberikan motivasi bagi siswa.

Prof. Dr. Ahmad Nizar

Prof. Dr. Ahmad Nizar Hidayanto juga mengajak para guru untuk dapat mengoptimalisasi teknologi informasi untuk pendidikan yang lebih baik. Beberapa teknologi yang ditawarkan beliau diantaranya ruang kelas cerdas (smart classroom), kelas virtual & e-learning, media sosial untuk pembelajaran, tool untuk kolaborasi seperti blogs, wikis, social networking site, email, discussion boards dan sebagainya, gamifikasi, teknologi pengembangan materi pembelajaran berbasis gambar, audio, video, dan animasi.

Beliau berharap para guru yang hadir sudah siap untuk menggunakan berbagai teknologi ini untuk masa depan. Dengan begitu, para guru akan lebih dekat dengan siswanya, karena pada dasarnya siswa sekarang ini sangat dekat dengan teknologi. Kedepannya pendidikan akan bergantung pada teknologi, namun tetap harus ada backup plan untuk menghindari faktor resiko.  Dengan teknologi yang ada diharapkan para siswa dapat mengasah skill dalam menyongsong industri 4.0, misalnya skill untuk mengasah critical thinking, analitical thinking, komunikasi dan sebagainya.

Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi yang disampaikan oleh Satriawan Salim, M.Si. Praktisi Pendidikan dan Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru. Beliau menyampaikan materi terkait Digitalisasi Sekolah dalam Merdeka Belajar. Berangkat dari penelitian Tom Nichols penulis Buku The Death of Expertise (2018) mengkhawatirkan nasib kepakaran seorang guru di masa depan.

Terjadi penurunan rasa hormat masyarakat kepada guru dan mereka yang dianggap “pakar.” Nichols mencontohkan, pada 2014 seorang guru di AS keluar dari sekolah dan menuliskan pengalamannya di The Washington Post: Sekolah bagi guru hanya memberinya dua pilihan; 1) Siswa tidak diizinkan gagal, 2) Jika siswa mendapat nilai buruk, pasti ada sesuatu yang belum dilakukan guru. Menurut beliau, hal trsebut relevan dengan kondisi yang ada saat ini, yakni adanya tuntutan dan keterdesakan terkait kompetensi guru, pemerataan teknologi, infrastruktur dan lain sebagainya.

Beliau mengapresiasi kebijakan Merdeka Belajar yang diusung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Karena menurut beliau kebijakan ini mengingatkan bagaimana Kihajar Dewantara  dengan pemikiran-pemikiranya. Dalam Azas Taman Siswa, ada tujuh pasal prinsip kemerdekaan dalam belajar yaitu kemeredekaan lahir dan batin, kemerdekaan bagaimana cara anak berpikir, metode among bukan paksa atau hukuman,menggunakan budaya bangsa sendiri, pendidikan bagi semua, hidup mandiri, dan mengabdi kepada sang anak.

Merdeka Belajar diglorifikasi sedemikian rupa, sehingga mengambil perhatian guru. Diharapkan menjadi solusi yang jitu dalam menyelesaikan berbagai persoalan pendidikan dan guru. Diharapakan Merdeka Belajar membawa semangat perubahan menuju peningkatan kualitas pendidikan. Para guru dan kepala sekolah diharapakan dapat mentransformasikan ekosistem sekolah menjadi ruang bertumbuh yang memerdekakan. Memerdekakan siswa dari sistem pembelajaran dengan kurikulum yang kaku, intruksionis, dan satu arah.

Memerdekakan guru dari cara pandang dan praktik-praktik yang mengekang otonomi, kreasi, dan inovasi. Serta memerdekakan kepala sekolah dari kepemimpinan administratif menuju kepemimpinan menggerakkan dan transformatif. Beliau juga menyampaikan bahwa menyiapkan guru yang adaptif sekaligus cerdas dalam berteknologi digital bukanlah perkara yang mudah, menyangkut multiaspek, diantaranya ekosistem belajar, kompetensi, tanggungjawab, dan mindset guru untuk terus belajar mengembangkan diri.

Satriawan Salim menyampaikan kompetensi TIK apa saja yang dibutuhkan guru

Dalam kesempatan yang sama, Julia Astutik, S.Si., M.Pd. selaku Guru IPA jenjang SMP Sekolah Indonesia Kuala Lumpur sekaligus Google Certified Trainer menyampaikan materi terkait Digitalisasi Sekolah dengan Akun belajar.id. Beliau mengibaratkan akun belajar.id seperti sebuah rumah mewah dengan segala fasilitas didalamnya, para guru sudah dibekali dengan kunci dalam bentuk username dan password.

Akun belajar.id manjadi salah satu jawaban pemerintah dalam mengatasi tantangan besar pendidikan di masa pandemi Covid19. Dengan akun pembelajaran, kita bisa mengakses berbagai kebutuhan kegiatan belajar mengajar. Mulai dari mengakses platform Kemdikbudristek sampai beragam aplikasi yang dapat memudahkan kegiatan belajar mengajar, baik secara tatap muka maupun jarak jauh. Beliau juga menyampaikan ada banyak kelebihan yang ditawarkan belajar.id, diantaranya dapat diakses secara gratis, penyimpanan data unlimited, fitur-fitur yang keren, dan terintegrasi.

Kemudian, beliau juga menjelaskan cara pengoperasian beberapa fitur yang ada dalam belajar.id, seperti penggunaan google docs, gmail, google drive, google slide, google site, kalender, google classroom, google meet jamboard, google form, google sheet, google chat, dan masih banyak lagi. Pandemi memang menjadi tantangan yang besar tetapi kita masih bisa melakukan inovasi untuk pendidikan diantaranya adalah digitalisasi untuk pendampingan murid di masa pandemi.

Julia guru SILN Kuala Lumpur

Riana Dwi Putra, M.Pd., Guru Bahasa Indonesia Sekolah Indonesia Bangkok & Sahabat Rumah Belajar 2021 menjadi pembicara terakhir pada Kihajar TIK Talks SILN. Beliau membawakan materi tentang Praktik Baik Pemanfaatan Layanan Pusdatin Kemendikbudristek. Beliau menyampaikan bahwa layanan yang disediakan oleh Pusdatin sangat relevan dengan kebutuhan kita sekarang ini.

Portal pembelajaran yang menyediakan bahan belajar serta fasilitas fasilitas komunikasi yang mendukung interaksi antar komunitas. Rumah Belajar, Televisi Edukasi, dan Suara Edukasi hadir sebagai bentuk inovasi pembelajaran di era industri 4.0 yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan pendidik. Menurut beliau tentu hal ini sangat baik jika kita menfaatkannya. Kesiapan guru-guru maupun fasilitas pendukung pembelajaran di SILN sudah sangat mendukung, namun sebagai guru kita harus terus menambah kemampuan, salah satunya melalui portal yang sudah disediakan oleh Kemdikbudristek RI.

Selain gratis, portal Rumah Belajar juga mudah diakses dan adaptif dengan kamajuan serta terus berinovasi untuk berkembang bersama. Sumber dan media yang tersedia dapat digunakan secara mudah, sangat baik untuk mendukung proses pembelajaran, baik secara daring maupun luring.

Riana Dwi Putra guru SILN Bangkok

Acara KIHAJAR TIK TALKS SILN dipandu oleh Maulidya Ramli dan dimeriahkan oleh permainan daring yang dipandu oleh Karima Putri. Selanjutnya, seluruh peserta yang telah mendaftar pada aplikasi simpatik, dan hadir mengikuti jalannya seminar akan mendapatkan sertifikat digital yang dapat diunduh melalui akun simpatik masing-masing peserta melalui tautan:  https://simpatik.belajar.kemdikbud.go.id/.

Kihajar TIK Talks SILN disiarkan melalui:

YouTube Televisi Edukasi https://youtu.be/EkYNqo7OPlk

Radio Suara Edukasi http://suaraedukasi.kemdikbud.go.id/