Selama empat bulan terakhir, bangsa Indonesia dan warga seluruh dunia merasakan pelajaran berharga tentang kehidupan. Ya, pandemi Covid-19 mengajarkan kita banyak hal urgen yang bisa direnungkan untuk pembelajaran bersama. Pelajaran dan hikmah berharga menyeruak di depan mata kita, tentang makna hidup sekaligus impian-impian besar memajukan Indonesia.
Memang, semua pihak merasakan kesulitan dalam lintas bidang. Dunia usaha mengalami penyesuaian, tatanan ekonomi berubah secara drastis, pasar terguncang dengan pola-pola baru. Praktis, pola komunikasi antar manusia berubah, kompetensi menyesuaikan gerak zaman, sekaligus mencipta peluang-peluang baru yang sebelumnya belum pernah terbayangkan. Pandemi memang seperti dua sisi mata uang, ada tantangan sekaligus ada peluang pada dua sisi yang berbeda.
Dunia pendidikan juga mengalami tantangan serupa, banyak hal yang harus disesuaikan dengan memanfaatkan teknologi. Proses belajar dari rumah memang tidak mudah, tapi mencipta renungan baru apa yang penting dipelajari dan apa yang menjadi kompetensi inti yang berguna untuk masa mendatang. Meski, ada segudang tantangan yang harus dicarikan solusinya bersama-sama.
Di antara tantangan itu, akses internet, listrik dan juga sumber daya manusia menjadi faktor penting yang menjadi fundamen peningkatan kualitas pendidikan Indonesia pada masa kini dan mendatang. Terlebih, pemerintah Indonesia mencanangkan 2045 sebagai momentum emas untuk lompatan sumber daya manusia Indonesia. Artinya, 25 tahun lagi menuju momentum itu, yang harus dipersiapkan secara maksimal.
Saat ini, ada 19 persen satuan pendidikan yang kesulitan mendapatkan akses internet. Dari jumlah itu, ada 42.159 sekolah yang memang belum terakses internet. Sementara, 81% atau 175.356 sekolah yang sudah tersambung internet.
Namun, saat ini, kami terus berkoordinasi dengan pihak Menkominfo untuk melakukan pengecekan silang, agar angka 19 persen bisa turun. Di antara ribuan sekolah itu, ada beberapa jaringan internet dan listrik yang bisa diupayakan, meski pada sebagian kawasan jaringan listrik dan internet tidak ada sama sekali. Ini realitas di kawasan 3T, yang memang menghadapi tantangan infrastruktur telekomunikasi.
Data lain terkait dengan aliran listrik, yang sebagian sekolah masih belum terkoneksi. Ada 4% (8.522) unit sekolah yang belum teraliri listrik, sementara 96% (208.993) sudah menikmati pasokan listrik dari jaringan yang ada. Realitasnya, hambatan terkait dengan aliran listrik dan akses internet ini menjadi tantangan besar terkait pemerataan fasilitas pendidikan di penjuru Indonesia. Kawasan-kawasan yang memang belum teraliri listrik dan jangkauan akses internet, membutuhkan strategi khusus agar para pendidik dan siswa di daerah itu bisa mendapatkan fasilitas pendidikan yang setara dengan daerah lain.
Lalu, bagaimana strategi untuk meningkatkan kualitas dan transformasi digital pendidikan Indonesia? Ada beberapa hal mendasar yang bisa dipetakan, sekaligus menjadi road map untuk dieksekusi lintas pihak.
Pertama, maksimalkan infrastruktur digital. Saat ini, perluasan infrastruktur digital menjadi sangat penting, agar semua sekolah dan institusi pendidikan di penjuru kawasan Indonesia dari Sabang hingga Merauke mendapatkan akses listrik dan internet.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan program Palapa Ring, sebagai fondasi infrastruktur digital yang menghubungkan antar kawasan di Indonesia. Program pemerataan infrastruktur digital ini sangat penting, yang perlu terus ditingkatkan jangkauan dan kualitasnya pada masa mendatang.
Kedua, visi global dalam transfromasi digital. Pendidikan kita tidak boleh hanya terkungkung dalam tempurung wawasan yang sempit. Generasi muda Indonesia saat ini merupakan anak zaman, generasi global yang terkoneksi secara internasional dengan perangkat teknologi. Maka, visi global pendidikan Indonesia menjadi sangat penting, agar setiap kebijakan, program dan penyegaran sistem pendidikan terkoneksi dengan perkembangan dinamis internasional.
Maka, desain kebijakan, infrastruktur, sistem dan juga pola komunikasi dalam pembelajaran secara bertahap akan menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang memiliki komptensi yang diakui dunia internasional. Di sisi lain, pendidikan karakter dan moral tetap menjadi basis, sebagai identitas kultural generasi muda Indonesia.
Ketiga, sistem digital pembelajaran nasional. Saat ini, pemerintah Indonesia tengah bekerja keras menyiapkan beberapa hal dalam rangka transformasi digital di lintas aspek, yang secara komprehensif saling terkoneksi. Transformasi digital ini memungkinkan interkoneksi sistem dari lini finansial, pendidikan, kesehatan, smart city, hingga tata kelola pemerintahan. Tentu saja, ada proses panjang dalam mewujudkan tahapan ini. Namun, mau tidak mau, Indonesia harus melangkah menuju tahapan itu dengan menyiapkan sistem seraya mengedukasi publik agar berjalan seiring dalam visi-misi yang sama.
Dalam konteks pendidikan, Pusdatin Kemendikbud telah menyiapkan beberapa program strategis dan layanan yang selama ini manfaatnya dirasakan secara luas. Di antaranya, Rumah Belajar, TV Edukasi, Radio Edukasi dan beberapa layanan lainnya. Bahkan, Rumah Belajar menjadi aplikasi pendidikan yang diakses ratusan juta pengunjung selama empat bulan terkahir, serta menjadi aplikasi pendidikan favorit selama ini. Pusdatin juga bekerjasama dengan lintas pihak, sebagai upaya kolaborasi untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan.
Kemendikbud juga telah menyiapkan road map untuk 15 tahun mendatang, dalam peningkatan kualitas pembelajaran sekaligus transformasi digital pendidikan kita. Di antaranya peningkatan skor PISA (Programme for International Student Assesment), dengan target literasi (451), numerasi (407) dan sains (414) pada tahun 2035. Di sisi lain, meningkatkan kuantitas guru penggerak hingga 300.000 pada 2035 seraya memaksimalkan kualitas tenaga pendidikan kita agar mampu menginspirasi peserta didik.
Selain itu, Kemendikbud juga menata sistem keuangan digital dalam belanja kebutuhan barang di kawasan 3T dan non 3T. Sistem keuangan digital ini menjadi bagian dari transparansi sekaligus transformasi digital dalam pendidikan kita. Tentu saja, langkah-langkah ini membutuhkan dukungan, energi dan fokus dari banyak pihak, agar mimpi-mimpi besar pendidikan Indonesia bisa terwujud.
Walakin, Indonesia membutuhkan terobosan-terobosan strategis dan visi global untuk menyelenggarakan transformasi pendidikan. Kita membutuhkan kerjasama, kolaborasi, kreatifitas dan dedikasi untuk menjaga nyala api belajar siswa kita. Kita membutuhkan semangat juang dan mengabdi agar mimpi-mimpi peserta didik kita tetap bercayaha (*).
M. Hasan Chabibie, Praktisi Pendidikan, Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud.