Kongkow Bareng Wantiknas Sharing Ide Hadapi Persaingan Global

0
1164

Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) menggelar acara Sharing dan Diskusi Mengenai Industri dan Edukasi 4.0 di Graha MR21 Rabu (6/3). Diskusi yang dihadiri anggota Wantiknas dari berbagai instansi dan penggiat TIK ini dipimpin langsung oleh Ketua Tim Pelaksana Wantiknas, Dr. Ing Ilham Habibie.

Kongkow rutin yang digelar Wantiknas kali ini membahas isu pendidikan dengan menghadirkan Pakar Internasional di bidang Industri selama hampir 30 tahun, Dr. Paul Gromball. Diskusi yang mengangkat tema industri dan edukasi 4.0 dinilai penting karena kedua hal ini merupakan sesuatu yang saling berkaitan.

Hal ini diperlukan agar terciptanya tim yang tangguh dan dinamis yang siap menghasilkan karya yang bernilai dan berdampak pada lingkungan ditengah dunia yang mengalami perubahan dengan berkembangnya teknologi Internet of Things (IoT), Robotic and Automation, Big Data and Cloud Computing, Human Machine Interface, dan Advanced Production Methode.

Pengaruh teknologi diatas membuat dunia industri terbagi menjadi tiga segmentasi seperti, Manufacturing 4.0, Additive Manufacturing (3D  Printing), dan Internet of Things (IoT). Untuk itu dunia pendidikan harus dapat melakukan transformasi agar dapat memenuhi segmentasi industri 4.0 tersebut.

Untuk menguasai ketiga segmentasi itu perlu memadukan metode pembelajaran yang dinamis seperti melakukan praktek kerja di lapangan agar siswa memperoleh pengalaman disamping mempelajari materi di kelas maupun kursus secara daring. Tak hanya itu, proses berpikir cepat (Quick Wick Desain) dalam mengidentifikasi permasalahan dan peluang juga perlu dilakukan.

Dalam diskusi tersebut Dr.Paul menceritakan kesuksesan penerapan teknologi 3D Printing di negara Norway dengan membuat mobil masa depan. Proyek ini dilakukan melalui metode Catapult Projectyang memadukan ketiga segment industri 4.0 mulai dari menentukan ide, membuat model dan protoype produk hingga memasarkan hasil produksi.

Dr. Paul menuturkan metode ini dapat diterapkan pada Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) atau Balai Latihan Kerja (BLK) yang ada di Indonesia. Pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan negara yang telah berhasil menggunakan metode Catapult Project dalam penyediaan bahan pembuatan maupun teknologi yang dibutuhkan hingga pemasaran hasil produksi.

Selain Norway, Jerman juga telah mengadopsi metode ini pada kurikulum pendidikan. Bahkan Jerman memberikan uang saku/tunjangan kepada pengangguran dan fresh graduated dengan syarat mengikuti pelatihan dengan membuat proyek yang diadakan pemerintah.

Kepala Bidang Pengembangan Jejaring, Hasan Chabibie yang mewakili Kapustekkom mengemukakan,  saat ini jumlah pengangguran lulusan SMK masih cukup tinggi. Hal ini memerlukan sebuah ikhtiar yang keras untuk dapat mensinergikan perkembangan revolusi industri 4.0 dengan kurikulum di sekolah, khususnya jenjang SMK.

“Hal tersebut perlu dilakukan supaya lulusan di Indonesia mampu merespon perkembangan teknologi secara bijak,” ujar Hasan.

Ilham Habibie selaku Ketua Pelaksana Wantiknas mengatakan, dirinya akan membawa ide-ide yang muncul dalam kegiatan ini kepada Menko Perekonomian selaku Wakil Ketua Wantiknas untuk disampaikan kepada Presiden agar dapat diterapkan dan menjadikan bangsa Indonesia siap dalam menghadapi persaingan global.

Di tempat terpisah Kapustekkom, Gogot Suharwoto menambahkan, pemerintah dapat mengadopsi seperti yang dilakukan negara Jerman yang mengajak siswa pelatihan untuk terlibat dalam membuat sebuah proyek yang akan  menghasilkan kemaslahatan bagi masyarakat.

Penulis: Mgs. Fisika Fikri