Rumah Belajar, Mimpi Membangkitkan Teknologi untuk Nyala Api Pendidikan Indonesia

0
3041

Tidak terasa, Rumah Belajar memasuki usia ke-9 tahun pada 15 Juli 2020 ini. Di tengah pandemi Covid-19, Rumah Belajar menyumbangkan kontribusi besar untuk menjaga nyala api peserta didik di seluruh penjuru Indonesia.

Saya mengingat betul, bagaimana tantangan pada masa-masa awal proses membangun Rumah Belajar. Hambatan tidak pernah berhenti menghadang, akan tetapi tim Rumah Belajar selalu menemukan solusi, selalu mencari cara untuk mengubah arus tantangan menjadi peluang.

Kini, Rumah Belajar yang merupakan unit layanan di bawah Pusdatin Kemendikbud, dipercaya publik secara luas. Rumah Belajar menjadi rujukan pada pelajar kita, peserta didik, guru dan orang tua siswa, serta komunitas pembelajaran untuk mengakses fitur-fitur pembelajaran yang menyenangkan.

Rumah Belajar diakses sekitar 61 juta pengguna sepanjang 2019. Pada 2020, terjadi peningkatan sangat signifikan dengan naiknya akses sebanyak 150 juta dilihat pengguna hingga juni 2020. Angka ini terus meningkat, yang saya yakin jumlahnya akan berlipat-lipat dibanding tahun kemarin. Proses belajar dari rumah, dengan sistem pembelajaran daring, memungkinkan peningkatan signifikan dalam penggunakan aplikasi digital, khususnya Rumah Belajar.

Dari riset yang ada, Rumah Belajar merupakan aplikasi yang populer digunakan oleh peserta didik. Dari data riset Puslitbang Kemendikbud yang terpublikasi beberapa waktu lalu, Rumah Belajar berada pada posisi di antara aplikasi paling populer yang diakses oleh komunitas pendidikan selama ini.

Aplikasi Rumah Belajar diakses sebanyak 13,8 % dari pengguna aplikasi pembelajaran digital. Kita mengetahui, beberapa start-up mendapat dukungan pendanaan dari beberapa ventura internasional, dengan tim besar dan promosi yang massif. Iklan-iklan start-up lain memenuhi beberapa media televisi untuk menggaet simpati dan engangement publik.

Namun, peningkatan signifikan dari Rumah Belajar yang diakses jutaan peserta didik, pendidik dan orang tua selama beberapa bulan terakhir, cukup membanggakan. Saya mengetahui betul, tim Rumah Belajar sudah bekerja keras sejak lama, dengan mencari format yang tepat sebagai aplikasi pembelajaran digital yang mudah dan menyenangkan digunakan.

Ibaratnya, tim Rumah Belajar sudah lebih dulu berjalan ketika yang lain masih merangkak, sudah lebih dulu berlari dan melesat kencang ketika yang lain baru belajar berjalan. Dengan kerja keras, semangat, tim solid, ide-ide cerdas, kreatifitas, sekaligus juga keberanian melangkah dan berinovasi, dapat terbayar dengan melejitnya Rumah Belajar sebagai aplikasi pembelajaran digital yang termasuk kategori sangat populer.

Rumah Belajar melesat jauh di atas aplikasi-aplikasi pembelajaran dari beberapa start-up ternama. Semisal Quipper, Zenius, Sekolahmu, Edmodo, Brainly dan beberapa aplikasi lain dengan modal ventura yang besar. Beberapa start-up yang fokus pada pendidikan, memang menjadikan Indonesia sebagai laboratorium data dan perluasan marketing, mengingat potensi yang besar di negeri ini.

Meski demikian, Rumah Belajar bisa mengalahkan beberapa start-up itu dengan kinerja dan kegigihan tim yang ada. Sebagai produk layanan yang dikelola Pusdatin Kemendikbud, Rumah Belajar menjawab mimpi bahwa aplikasi pembelajaran dari Indonesia, dalam konteks ini dari Kemendikbud, bisa menjawab mimpi tentang kebangkitan teknologi digital kita.

Rumah Belajar terus berkembang dengan inovasi-inovasinya. Di antara fitur-fitur unggulan yang dapat diakses oleh peserta didik dan guru di antaranya Sumber Belajar, Kelas Digital, Laboratorium Maya, dan Bank Soal. Beberapa platform ini tersedia untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sederajat. Tentu, Rumah Belajar terus mengembangkan diri dengan meningkatkan kualitas, memperbaiki layanan, hingga inovasi teknologi, serta produksi konten-konten yang menarik.

Pandemi Covid-19 mengubah lanskap seluruh dunia, tak terkecuali di dunia pendidikan. World Bank menyelenggarakan riset terkait dengan pembelajaran digital selama pandemi Covid-19, serta prediksi untuk masa depan pendidikan di pelbagai belahan dunia. Data dari World Bank, penggunaan teknologi secara berbeda-beda digunakan di tiap negara, dari aplikasi digital, televisi hingga radio.

Di China, World Bank mencatat, ada lebih 200 juta peserta didik yang memulai belajar untuk semester depan dengan sistem online. Pemerintah China memperluas akses internet ke sejumlah kawasan, menggratiskan 24.000 kursus online yang tersedia dalam 22 platform. Selain itu, pemerintah China juga menggaransi online security dan akses data, bekerjasama dengan beberapa provider telekomunikasi.

Sementara di Finlandia, penggunaan aplikasi digital untuk pembelajaran juga meningkat drastis. Meski, pemerintah Finlandia memberi kebebasan pada tiap sekolah untuk menciptakan sistem yang mengadopsi konteks setempat. Namun, ada beberapa aplikasi populer yang digunakan: Moodle, Ville, Teams, O365, Google Classroom, Zoom dan Skype.

Di sisi lain, ada hal yang unik dari Finlandia. Pemerintah Finlandia mengembangkan aplikasi museum digital dan akses perpustakaan online yang memungkinkan warga mengakses secara gratis. Bahkan, museum digital menjadi inovasi yang sangat menarik, sebagai media pembelajaran edukatif merespon pandemi Covid-19.

Rumah Belajar, ‘Rumah Teknologi dan Mimpi untuk Semua’
Di usia 9 tahun Rumah Belajar, saya ingin sampaikan apresiasi yang tinggi kepada tim Rumah Belajar serta seluruh keluarga besar Pusdatin Kemendikbud. Pencapaian sekarang ini harus terus kita tingkatkan, dengan menjaga tim yang solid, fokus, kreatif dan menyerap inovasi.

Kini saatnya berkolaborasi dan bersinergi. Seluruh unit layanan pembelajaran dari Pusdatin Kemendikbud sudah selayaknya menangkap ‘nafas zaman’ dengan kolaborasi lintas tim, lintas institusi. Rumah Belajar, TV Edukasi, Radio Edukasi, dan unit-unit lain sudah saatnya bergerak dalam platform kolaborasi di zaman digital ini. Dengan demikian, kolaborasi menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas dan membesarkan produk kita.

Di tengah situasi dunia yang berubah ini, tim Pusdatin Kemendikbud seharusnya menjadi anak zaman, yang kontekstual di era digital. Kini, kita perlu menjadikan semua pihak sebagai guru kita, seraya menjaga nyala api belajar peserta didik semua. Mari, jadikan Rumah Belajar sebagai rumah bagi semua untuk menanam mimpinya, mengasah skillnya, selaligus ruang belajar untuk menggapai cita-citanya (*).

M. Hasan Chabibie, Praktisi Pendidikan, Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud.