Jakarta, Kemendikbud — Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) di sebagian besar sekolah dimulai pada hari ini, Senin s.d. Rabu, 27 s.d. 29 Juli 2015.
Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 12 Jakarta Sujaelani berbagi cerita mengenai praktik-praktik pelaksanaan MOPDB di sekolahnya. “Penyelenggaraan MOPDB di sekolah kami merujuk kepada surat edaran Mendikbud No. 59389/MPK/PD/Tahun 2015, dan Pergub DKI Jakarta No. 26 tahun 2015 tentang Masa Orientasi Peserta Didik Baru,” demikian dikemukakan Sujaelani saat ditemui di kantornya, Senin (27/07/2015).
Di awal masuk sampai dengan akhir masa orientasi, kata Sujaelani, peserta didik baru diperkenalkan seluruh kondisi sekolah, lingkungan sekolah, kurikulum, para guru dan tenaga kependidikan, serta para kakak kelasnya. “Sekolah menjadi rumah kedua bagi para siswa, sehingga kenyamanan mereka sangat diutamakan. Kita buat sekolah menjadi seperti di rumah mereka sendiri. Pihak sekolah menciptkan suasana keakraban antara guru dengan siswa, serta antara adik kelas dan kakak kelas,” ujarnya.
Pada hari pertama ini, Sujaelani mengatakan, di waktu jam istirahat para guru akan dikumpulkan untuk diberikan pengarahan-pengarahan, dan diingatkan kembali pesan-pesan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengenai hari pertama sekolah. “Saya mengingatkan kembali para guru bahwa masa orientasi ini tujuan kita tetap pada mengantarkan anak-anak kelas tujuh untuk dapat meraih cita-cita dan pengharapannya,” ucapnya.
Selain itu pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah selalu mengingatkan para kakak kelas untuk menghindari kekerasan fisik maupun non fisik. Untuk menghindari adanya praktik kekerasan, Sujaelani menuturkan, pihak sekolah melakukan kegiatan-kegiatan yang menimbulkan suasana keakraban antara adik kelas dan kakak kelas, seperti meluangkan waktu untuk para siswa saling berkenalan dan bersalam-salaman.
“Di sini wali kelas dan guru bimbingan konseling sangat berperan juga. Setiap jam istirahat dan jam pulang sekolah kita selalu pantau setiap sudut sekolah, dan beberapa meter jarak sekitar sekolah untuk mencegah adanya tindak kekerasan terhadap adik kelas,” katanya.
Upaya terakhir yang diterapkan, kata Sujaelani, ia menyediakan kotak saran yang diletakkan di depan pintu ruangannya. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berani menyampaikan saran ataupun keluh dan kesah. Ketika terdapat siswa yang mengalami ketidaknyamanan selama di sekolah, yang bersangkutan dapat secara langsung menyampaikan kepada kepala sekolah.
“Sehingga ada masukkan kepada saya untuk dapat direfleksikan, dan saya daat merespon dengan cepat ketika ada hal-hal yang janggal dan tidak diinginkan. Ini pun juga sebagai upaya menghindari praktik kekerasan kepada siswa,” jelasnya. “Saya selalu sampaikan kepada kepada para siswa untuk tidak takut menulis saran dan keluh kesah dalam secarik kertas jika ada hal-hal yang sifatnya tidak menyenangkan, dan merugikan diri sendiri,” pungkas Sujaelani. (Seno Hartono)