INDONESIA telah berusia 76 tahun pada Agustus 2021 ini. Pada usia panjang Republik ini, kita sedang mempersiapkan satu tahapan untuk mencapai lompatan sebagai sebuah bangsa. Tahapan itu menentukan apakah kita sanggup menjadi bangsa yang besar dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada atau hanya menjadi medioker di antara bangsa-bangsa lainnya?
Lebih dari satu tahun terakhir, pandemi menjadi tantangan besar bagi mayoritas negara-negara di dunia ini. Sampai tulisan ini dianggit telah terjadi lebih dari 208,8 juta kasus covid-19 di seluruh dunia dengan total kematian lebih dari 4,3 juta jiwa. Saat ini, memang kurva kasus covid-19 secara global telah turun drastis. Namun, kita semua harus terus waspada karena virus-virus dengan varian baru bermunculan.
Di Indonesia, pemerintah bersama warga terus bekerja keras untuk melawan pandemi ini, dengan bermacam protokol kesehatan yang ada, sekaligus penerapan gaya hidup baru yang lebih mengedepankan kebersihan dan ramah lingkungan.
Di seluruh dunia, telah terjadi kontraksi ekonomi dan politik, yang juga berpengaruh mendasar pada aspek pendidikan, dan relasi sosial umat manusia. Sebagai elemen fundamental, pendidikan juga terkena dampak luar biasa yang harus disikapi secara cepat dan tepat. Dalam konteks Indonesia, pemerintah melalui Kemendikbudristek dan berbagai instansi pendidikan melakukan langkah-langkah kreatif, dan strategis, untuk terus memastikan, siswa-siswa kita bisa terus belajar, dalam kondisi dan situasi apa pun.
Dalam menuju Indonesia 2045, pendidikan menjadi basis penting untuk menguatkan bangsa Indonesia di tengah kontestasi global lintas dimensi. Indeks PISA (Programme for International Student Assesment), yang diumumkan the Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan tantangan mendasar dalam pendidikan Indonesia. Dari indeks PISA 2018, terbaca, betapa kemampuan siswa Indonesia dalam bidang utama, yakni matematika, sains, dan literasi harus ditingkatkan. Rerata kemampuan baca negara-negara OECD berada di angka 487, sementara Indonesia berada di skor 371. Bidang matematika berada pada angka 379 dan sains di angka 396.
Data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, hanya 30% siswa Indonesia, yang memenuhi kemampuan baca minimal. Sementara itu, pada kompetensi matematika 71% di bawah kompetensi minimal, sedangkan untuk Sains, 40% siswa berada di bawah kemampuan minimal.
Dari sejumlah tantangan yang ada, pemerataan mutu menjadi isu mendasar yang sedang dicari solusinya bersama-sama. Di saat bersamaan, pada 2020 hingga saat ini, terjadi pandemi yang berdampak pada perubahan interaksi pembelajaran dan strategi mendidik siswa. Namun, inovasi teknologi dan strategi pembelajaran dari Rumah Belajar dan layanan lain yang dikelola Pusdatin Kemendikbudristek mampu menjembatani perubahan pola belajar secara digital di tengah pandemi. Pandemi memang menerjang kita, tetapi pada sisi berbeda terjadi kesadaran, dan lompatan kecakapan dalam penggunaan teknologi untuk pendidikan.
Pada artikel ini, penulis ingin menyampaikan bahwa menuju Indonesia 2045, penting untuk mengintegrasikan beberapa potensi bangsa, yang terkoneksi dengan inovasi digital. Tentu, inovasi digital yang mendorong peningkatan kualitas pembelajaran di bidang matematika, sains, dan literasi menjadi penting.
Di sisi lain, peluang ekonomi digital harus dibarengi dengan kecakapan digital leadership (kepemimpinan digital), sekaligus kemampuan literasi digital dan literasi data. Selanjutnya, Indonesia juga harus mengoptimalkan peran diaspora yang tersebar di berbagai negara, sebagai penopang riset, inovasi digital dan penguatan ekonomi berkelanjutan.
Pentingnya kepemimpinan digital
Dalam menuju seratus tahun Indonesia, inovasi digital menjadi bagian penting dari transformasi, tidak hanya di bidang pendidikan, tapi juga meliputi aspek-aspek lainnya. Presiden Joko Widodo telah menyampaikan bahwa Indonesia diperkirakan menjadi pemain ekonomi digital di Asia Tenggara pada satu dekade mendatang.
“Ekonomi digital dan industri 4.0 Indonesia tercepat di Asia Tenggara. Indonesia memiliki start-up sekitar 2.193, kelima terbesar di dunia. Indonesia memiliki 5 unicorn dan bahkan memiliki 1 decacorn,” demikian pernyataan Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Hannover Messe 2021 dari Istana Negara, 12 Apri 2021 lalu. Pernyataan ini menjadi fondasi betapa Indonesia memiliki potensi besar dalam kompetisi global, khususnya menjadikan ekonomi digital sebagai tulang punggung.
Percepatan ekonomi digital juga tidak lepas dari bagaimana inovasi digital di ranah pendidikan diberlangsungkan. Inovasi digital, untuk pembelajaran akan mendorong generasi bangsa ini untuk menemukan cara terbaik, dalam mengakses inovasi, memperkaya skills, sekaligus mencari peluang-peluang terbaik, yang dieksekusi menjadi bisnis dengan berbagai modelnya. Maka, inovasi digital untuk peningkatan sumber daya juga perlu dibarengi dengan kemampuan berpikir kritis (critical thinking), yang pada akhirnya mendorong siswa-siswa untuk belajar mandiri. Program merdeka belajar, yang digaungkan Mas Menteri Nadiem Makarim selaras dengan semangat ini.
Di sisi lain, percepatan inovasi di ranah digital juga perlu tidak hanya literasi digital, tetapi juga kepemimpinan digital (digital leadership). Program literasi digital telah semarak dilakukan oleh berbagai komunitas untuk mendorong warga Indonesia agar mampu mengolah informasi dan pengetahuan di ruang digital. Sekaligus juga peluang ekonomi yang terkoneksi. Sementara itu, kepemimpinan digital memastikan transformasi bisa berjalan di lini masing-masing, baik di sektor pemerintah maupun swasta.
Ada beberapa nilai fundamental dalam kepemimpinan digital, yakni pertama, value driven leadership. Kedua, kemitraan antara sumber daya manusia dan robot/inovasi digital. Ketiga, fokus pada inovasi. Keempat, integritas dan pengetahuan atas digital security. Kelima, pemahaman atas kekuatan keragaman dan inklusi. Keenam, kemampuan belajar. Ketujuh, bagaimana menjadi berkelanjutan sebagai manusia dan pemimpin.
Penulis : M Hasan Chabibie Plt Ketua Umum MATAN NU dan Plt Pusdatin Kemendikbudristek
Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/426981/digital-leadership-diaspora-indonesia-dan-visi-2045