Oleh : Moch. Abduh, Ph.D.
Sudah jamak tersampaikan bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan berkarakter. Insan yang dimaksud disini adalah lulusan yang memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang optimal sesuai dengan taraf perkembangan dan jenjang pendidikan masing-masing. Lulusan juga diharapkan memperoleh kecakapan hidup abad 21 yang mampu menjadikan setiap insan Indonesia hidup dalam tantangan abad 21 dan berkontribusi secara memadai terhadap pengembangan peradaban dunia. Kecakapan-kecakapan yang dimaksud mencakup kemampuan berfikir kritis dan memecahkan masalah, berinovasi dan berkreasi, berkomunikasi, dan berkolaborasi. Lebih lanjut, lulusan juga diharapkan mempunyai kemampuan literasi digital (literasi informasi, media, dan teknologi) di samping kecakapan-kecakapan hidup lainnya seperti fleksibilitas dan adaptabilitas, produktivitas dan akuntabilitas, dan kepemimpinan serta tanggungjawab.
Dalam konteks Teknologi Informasi (TI), kemampuan literasi digital tersebut akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien apabila proses pembelajaran dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Pertama, pendidik merancang pembelajaran berdasarkan analisis kebutuhan peserta didik, misalnya kondisi awal peserta didik dalam hal pengetahuan dan keterampilan TI mereka. Kedua, pendidik memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan TI dalam pembelajaran aktif baik di dalam maupun di luar kelas. Ketiga, pendidik bersama-sama dengan peserta didik, memantau/mengecek perkembangan penguasaan kompetensi TI peserta didik untuk mengetahui apakah setiap peserta didik mencapai penguasaan/perkembangan sebagaimana yang diharapkan, dan seberapa perlu proses pembelajaran dengan fasilitas TI diperbaiki dan/atau disesuaikan.
Secara normatif, pemanfaatan media digital di lingkungan sekolah sudah selayaknya mendukung kelancaran pembelajaran dan pencapaian prestasi akademik peserta didik. Prasangka baiknya adalah semua fasilitas media digital di sekolah dapat dijadikan trigger peningkatan prestasi akademik peserta didik. Dengan berbagai media digital yang dimiliki sekolah, peserta didik sangat terbantu dalam mencari sumber belajar lain, begitupun untuk berdiskusi terkait pelajaran serta menambah wawasan pengetahuan mereka menjadi lebih luas, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan prestasi akademik siswa.
Berdasarkan data Pusat Penilaian Pendidikan (2019), dari angket literasi yang disebar ke 133.072 siswa SMP peserta Ujian Nasional yang dipilih secara random sampling, diperoleh data tingkat kepuasan siswa terhadap fasilitas media digital di sekolahnya berikut:
Terlihat bahwa secara umum, siswa SMP cenderung puas dengan ketersediaan media digital yang dimiliki sekolah mereka. Tingkat kepuasan tertinggi terlihat pada keterampilan guru menggunakan sumber digital sebagai media pembelajaran di kelas, sementara itu tingkat kepuasan terendah terdapat pada kemudahan akses media digital tersebut di ruang kelas. Tingginya tingkat kepuasan tersebut membuktikan bahwa performa guru sebagai fasilitator kegiatan belajar mengajar di kelas berpengaruh besar pada tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan media digital di sekolah. Bagi sebagian besar siswa, ketersediaan sumber digital dan kemudahan akses internetnya saja dirasakan belum cukup. Tidak dapat disangkal bahwa dari data tersebut, peserta didik merasakan lebih membutuhkan guru yang memiliki keterampilan tinggi dalam penggunaan sumber digital untuk kegitan belajar mengajar di kelas. Pendekatan guru dengan model pembelajaran tersebut, dirasakan peserta didik dapat memberikan suasana pembelajaran baru yang kekinian dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik.
Merujuk pada data tersebut, dapat diyakini bahwa ketersediaan dan penggunaan media digital di sekolah memiliki peran penting dalam menunjang kepuasan siswa dalam pembelajaran, yang pada akhirnya akan berujung pada pencapaian hasil belajar siswa. Kondisi ini memunculkan sebuah pertanyaan lanjutan, akankah ketersediaan dan penggunaan media digital di sekolah yang terbukti memberikan kepuasan kepada siswa, berpengaruh pada prestasi akademik peserta didik. Salah satu alat ukur yang bisa digunakan sebagai referensi untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah nilai Ujian Nasional khususnya UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer). Data lain dari Pusat Penilaian Pendidikan (2019) menunjukkan hasil indeks kepuasan ketersediaan dan pemanfaatan media digital terhadap nilai Ujian Nasional.
Grafik diatas menunjukkan bahwa peserta didik yang merasa lebih puas dengan ketersediaan dan pemanfaatan media digital di sekolah mereka, memperoleh rata-rata nilai Ujian Nasional yang tinggi pula. Dengan tidak mengabaikan faktor berpengaruh yang lain, fakta ini membuktikan bahwa, ketersediaan dan pemanfaatan perangkat digital di sekolah berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Ketersediaan perangkat digital di sekolah, kemudahan akses internet, pemberdayaan perangkat digital sebagai media pembelajaran, serta kemampuan dan kompetensi guru menggunakannya sebagai media pembelajaran terbukti memberikan andil besar terhadap efisiensi dan efektivitas belajar siswa yang berujung pada pencapaian prestasi akademik siswa.
Hubungan korelasi antara kepuasan siswa terhadap media digital di sekolahnya dengan prestasi akademik siswa tersebut juga mengkonfirmasi temuan dari peneliti Durham University (2012) yang menyimpulkan bahwa “Overall, the research evidence over the last 40 years about the impact of computer and digital technologies on learning consistently identifies positive benefits. The increasing variety of digital technologies and the diversity of contexts and settings in which the research has been conducted, combined with the challenges in synthesizing evidence from different methodologies make it difficult to identify clear and specific implications for educational practice in schools”.
Tentu saja, temuan ini belum dapat menggambarkan secara pasti bahwa fasilitas TI menjadi penyebab peningkatan capaian akademik siswa, dalam hal ini nilai UNBK menjadi lebih baik. Salah satu argumen yang masih dapat diperdebatkan adalah sekolah yang memiliki fasilitas TI mandiri pada umumnya adalah sekolah yang memang memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik, atau sekolah yang tidak memiliki fasilitas TI adalah sekolah yang berlokasi di daerah terpencil sehingga akses pendidikan tidak sebaik sekolah yang memiliki fasilitas TI. Jelas diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membenarkan atau menolak argumen-argumen tersebut.
Data yang dimiliki Pusat Penilaian Pendidikan, dapat dijadikan rujukan untuk menjawab pertanyaan apakah perubahan fasilitas TI yang dilakukan oleh sekolah menyebabkan kecenderungan dalam terjadinya peningkatan capaian nilai UN? Pusat Penilaian Pendidikan melakukan telaah tentang hal tersebut pada 3 tahun terakhir penyelenggaraan UN dari tahun 2017 sampai 2019, dengan membentuk empat kelompok sekolah terkait perubahan fasilitas TI dari tahun ke tahun di setiap jenjang pendidikan. Pertama, NNN yaitu kelompok sekolah yang dari tahun 2017 – 2019 selalu melaksanakan UNBK non-mandiri. Kedua, NNM yaitu kelompok sekolah yang melaksanakan UNBK non-mandiri pada tahun 2017 dan 2018, selanjutnya melaksanakan UNBK mandiri pada tahun 2019. Ketiga, NMM yaitu kelompok sekolah yang melaksanakan UNBK non-mandiri pada tahun 2017, selanjutnya melaksanakan UNBK mandiri pada tahun 2018 dan 2019. Keempat, MMM yaitu kelompok sekolah yang dari tahun 2017 – 2019 selalu melaksanakan UNBK mandiri.
Jenjang SMP
Tren capaian UN dari tahun 2017 hingga tahun 2019 mengalami peningkatan. Terlihat bahwa kelompok sekolah yang dari awal sudah melaksanakan UNBK secara mandiri (MMM) memperoleh rerata capaian UN yang lebih tinggi dari kelompok sekolah lainnya. Grafik tersebut juga memperlihatkan bahwa kelompok sekolah yang selalu mengikuti UNBK non-mandiri (NNN) memperoleh rerata capaian UN yang lebih rendah dari kelompok lainnya.
Menarik untuk dicermati pada kelompok NNM dan NMM, pada tahun 2017 kedua kelompok tersebut sama-sama melaksanakan UNBK non-mandiri dengan rerata capaian UN cukup dekat dan mengindikasikan bahwa capaian UN-nya relatif sama. Pada tahun 2018, terlihat ada perbedaan rerata capaian UN yang lebih besar antara kedua kelompok tersebut. Jika dicermati lebih lanjut, pada tahun 2018 kelompok NMM memiliki selisih peningkatan capaian UN yang lebih tinggi dibanding kelompok sekolah lainnya. Kecenderungan ini menunjukkan perubahan pelaksanaan UNBK di tingkat SMP dari penggunaan fasilitas TI non-mandiri menjadi fasilitas TI mandiri menunjukkan adanya peningkatan rerata capaian UN yang lebih tinggi.
Jenjang SMA
Kecenderungan yang mirip juga terjadi di jenjang SMA. Kelompok sekolah yang melaksanakan UNBK mandiri memperoleh rerata capaian UN yang lebih tinggi dari kelompok lainnya dari tahun ke tahun. Kecenderungan penurunan capaian UN pada tahun 2018 terjadi di semua kelompok sekolah. Sebaliknya pada tahun 2019, terjadi kecenderungan peningkatan rerata capaian UN yang juga terjadi di semua kelompok. Fakta ini menunjukkan tren yang sama di semua kelompok sekolah.
Grafik tersebut menunjukkan adanya perbaikan capaian UN yang lebih tinggi pada sekolah yang beralih dari pelaksanaan UNBK non-mandiri ke UNBK mandiri. Kelompok MMM menunjukkan selisih peningkatan capaian UN yang terendah dibandingkan dengan kelompok sekolah lainnya. Data yang tersaji, menunjukkan kecenderungan keikutsertaan UNBK mandiri selalu memperoleh capaian rerata UN yang paling tinggi, namun pada kelompok tersebut terjadi stagnasi dibandingkan dengan capaian UN dari tahun sebelumnya meskipun rerata UN masih tetap lebih tinggi dibanding kelompok lainnya. Data ini mengindikasikan bahwa selain perlu melengkapi fasilitas TI yang memadai, sekolah-sekolah tersebut juga harus selalu berupaya melakukan terobosan-terobosan lain yang dapat memotivasi siswa agar tidak terjadi stagnasi capaian rerata UN.
Jenjang SMK
Seperti halnya pencapaian jenjang SMP dan SMA, kecenderungan capain rerata UN pada jenjang SMK juga terlihat bahwa kelompok sekolah MMM memperoleh capaian rerata UN yang lebih baik dibanding kelompok lainnya. Pada tahun 2018 data menunjukkan adanya penurunan capaian nilai UN yang terjadi di semua kelompok. Selanjutnya, pada tahun 2019, data menunjukkan adanya peningkatan capaian UN pada semua kelompok. Dari data tersebut juga dapat diperhatikan bahwa kelompok NNN, NNM, dan NMM memperoleh capaian UN yang cukup dekat pada tahun 2017. Fakta ini menunjukkan ketiga kelompok tersebut memperoleh capaian UN yang relatif mirip pada tahun tersebut.
Pada tahun 2018, terjadi perenggangan capaian rerata UN antara kelompok sekolah NMM dengan kelompok NNN dan NNM. Kelompok NNN dan NNM mengalami penurunan capaian UN yang cukup tinggi dengan selisih berkisar 1,2 poin dari tahun sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok MMM, berkurang sebesar 0,9 poin dari tahun sebelumnya. Kelompok NMM juga mengalami penurunan capaian UN sebesar 0,2 poin dari tahun sebelumnya. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada tahun 2019, kelompok NNM mengalami peningkatan capaian UN dengan selisih yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya dibandingkan dengan kelompok yang lain. Sementara itu, kelompok NNM mulai mendekati kelompok NMM yang sudah lebih dahulu melaksanakan UNBK mandiri.
Peningkatan capaian rerata UN di jenjang SMP, SMA, dan SMK berdasarkan kepemilikan dan perbaikan fasilitas TI menunjukkan kecenderungan yang sama dari tahun ke tahun. Secara umum diperoleh beberapa simpulan, Pertama, sekolah pelaksana UNBK mandiri dari tahun 2017 hingga 2019 selalu menunjukkan capaian rerata UN yang paling tinggi. Kedua, sekolah pelaksana UNBK non-mandiri dari tahun 2017 hingga 2019 pada umumnya menunjukkan capaian rerata UN yang paling rendah. Ketiga, sekolah yang pelaksanaan UNBK-nya beralih dari non-mandiri menjadi mandiri pada tahun berikutnya, selalu menunjukkan adanya peningkatan capaian UN yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok sekolah lainnya.
Terdapat indikasi kuat yang menunjukkan bahwa pelaksanaan UNBK menggunakan fasilitas TI secara mandiri menghasilkan capaian UN yang lebih baik di jenjang SMP, SMA, dan SMK dari tahun ke tahun. Meski fakta menunjukkan bahwa kepemilikan dan perbaikan fasilitas TI menunjukkan kecenderungan peningkatan capaian rerata UN, tidak bisa diklaim bahwa fasilitas TI merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi capaian akademik siswa. Banyak faktor-faktor lain yang berpotensi mempengaruhi capaian rerata UN. Sebagaimana diperlihatkan pada data jenjang SMA pada tahun 2019, kelompok sekolah MMM mendapatkan peningkatan capaian UN yang paling rendah. Fenomena ini mengkonfirmasi bahwa fasilitas TI bukanlah satu-satunya faktor yang memotivasi siswa untuk memperoleh capaian prestasi akademiknya yang lebih baik dari tahun sebelumnya.-
Penulis: Moch. Abduh, Ph.D.– PTP Utama Pusdatin Kemendikbudristek
Dosen FT, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta,
Dosen FIP, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)
Referensi:
Steven Higgins, Zhi Min Xiao and Maria Katsipataki. 2012. The Impact of Digital Technology on Learning: A Summary for the Education Endowment Foundation. School of Education, Durham University.
Pusat Penilaian Pendidikan. 2019. Semangat Melengkapi Fasilitas TI Sekolah, Apakah Dapat Memperbaiki Capaian UNBK?