Pusdatin, Kemendikbud (23/9) – Pandemi Covid-19 hampir mempengaruhi sektor kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Pendidikan yang selama ini dilakukan di sekolah secara tatap muka otomatis tidak dapat dilakukan untuk menghindari penyebaran virus secara masif. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyikapi kondisi tersebut dengan membuat sejumlah kebijakan. Pembelajaran di sekolah dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).
Untuk mendukung pembelajaran jarak jauh ini, sejak pertengahan April 2020 Kemendikbud menayangkan program Belajar dari Rumah (BDR) yang disiarkan TVRI. Program ini berisi tayangan edukatif dan menyenangkan sebagai alternatif pembelajaran bagi peserta didik, orang tua, dan guru. Walaupun Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal tidak terkecuali sektor pendidikan, prinsip pencapaian kompetensi tidak bisa diabaikan begitu saja.
Perlu ada penyesuaian kurikulum di masa pandemi ini yang bisa dikategorikan sebagai masa darurat. Setidaknya ada empat karakteristik yang sebaiknya ada dalam kurikulum darurat, yaitu kesederhanaan, kejelasan, prioritas, dan aktivitas. Kurikulum sederhana hanya memuat materi yang esensial dengan skala prioritas perumusannya menghasilkan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa yang menyenangkan.
Aktivitas belajar siswa di rumah pada masa pandemi lebih banyak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dalam proses pengerjaan tugas inipun para guru mengalami kesulitan untuk melakukan penilaian apakah tugas-tugas tersebut benar-benar dilakukan secara mandiri oleh siswa.
Berdasarkan permasalahan ini, di samping untuk memberikan variasi aktivitas belajar yang lebih menyenangkan, guru/pendidik dapat memberikan materi atau penugasan untuk dikerjakan secara kelompok. Dalam proses pembelajarannya, guru/pendidik dapat menerapkan model pembelajaran investigasi kelompok dengan memanfaatkan aplikasi manajemen proyek.
Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Model pembelajaran investigasi kelompok merupakan satu jenis model interaksi sosial yang bertujuan untuk membangun hubungan kerjasama, interaktif, dan produktif di antara peserta didik. Model pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman kepada siswa (peserta didik) dalam memecahkan permasalahan dengan caranya sendiri dan dibicarakan dalam kelompok secara demokratis. Model investigasi kelompok terbagi menjadi enam fase (1) memilih topik, (2) perencanaan kooperatif, (3) implementasi, (4) analisis dan sintesis, (5) presentasi hasil final, dan (6) evaluasi.
Langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran tersebut sebagai berikut.
- Siswa dibagi ke dalam kelompok (4 – 6 orang).
- Guru memberikan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa di masing-masing kelompok.
- Siswa dihadapkan pada suatu situasi yang memerlukan pemecahan atau suatu keputusan yang harus ditentukan.
- Siswa mengeksplorasi situasi tersebut.
- Siswa merumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi tersebut, antara lain merumuskan masalah, menentukan peran anggota kelompok, dan merumuskan alternatif cara yang akan digunakan.
- Dalam melaksanakan tiga langkah (3), (4), dan (5) di atas, siswa dapat dibimbing oleh guru (guru bertindak sebagai mentor).
- Masing-masing kelompok melaksanakan kerja mandiri.
- Siswa melakukan pengecekan terhadap kemajuan dalam menyelesaikan tugasnya. Kemudian hasil tugas kelompoknya dipresentasikan di depan kelas agar siswa yang lain saling terlibat dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu.
- Siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik yang telah mereka kerjakan berdasarkan tugas masing-masing kelompok, dan siswa bersama dengan guru berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara berulang, sampai ditemukan suatu solusi atau keputusan yang tepat.
Dalam melakukan kerja kelompok di masa pandemi tidak dapat dilakukan secara tatap muka langsung, tatap muka dilakukan secara maya (online). Untuk mengatasi masalah ini diperlukan perangkat TIK dalam hal ini aplikasi yang mendukung penerapan model investigasi kelompok.
Aplikasi Manajemen Proyek dalam Mendukung Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Pada masa pandemi untuk memantau pekerjaan/tugas kerja tim/kelompok agak sulit dilakukan secara tatap muka langsung. Permasalahan ini dapat diatasi dengan memanfaatkan aplikasi manajemen proyek. Beberapa aplikasi yang dapat dimanfaatkan antara lain: Asana, Trello, Taiga.io, Zoho Project, Meister Task, Wrike, Orangescrum, Freedcamp, Quip, Timeunr, Milanote, Bitrix24, Slack, Google (Google Drive, Google Task, Google Keep). Berikut penjelasan dari beberapa aplikasi tersebut.
- Asana
Asana jadi salah satu project management app yang populer dan sangat direkomendasikan karena dapat membuka ruang obrolan secara personal atau terbuka. Fitur ini tentu sangat berguna bagi peserta yang sangat memerlukan komunikasi real-time. Selain itu, peserta juga bisa memvisualisasikan target, memantau waktu hingga menetapkan prioritas yang harus dicapai oleh tim.
2. Trello
Trello sebagai salah satu aplikasi manajemen proyek dapat digunakan pendidik dan peserta didik dalam menyajikan fitur board dan card yang dapat membantu merancang rencana kerja, menetapkan target, melakukan pengawasan terhadap suatu pekerjaan, dan koordinasi dengan sesama anggota kelompok.
3. Zoho
Apabila Anda sebagai pendidik membagi peserta menjadi beberapa kelompok (banyak tim) sebagai rekomendasi dapat menggunakan Zoho Projects. Dengan Zoho Projects, Anda dapat memiliki sebanyak mungkin pengguna serta tidak ada batasan fungsi walau menggunakan versi gratis. Selain dapat mengatur tugas atau capaian-capaian yang cukup kompleks, Zoho Projects juga mempermudah Anda membuat laporan yang rinci bahkan lengkap dengan 50 template.
4. MeisterTask
Terkait media penyimpan, aplikasi MeisterTask bisa digunakan untuk memaksimalkan kinerja karena aplikasi project management ini dapat digunakan di iPhone maupun iPad serta dapat diintegrasikan ke penyimpanan online seperti Dropbox hingga Google Drive. Lewat aplikasi ini, pengguna dapat memantau durasi waktu, issue tracking, dan kolaborasi dengan sesama anggota kelompok. Pendidik dapat memberikan komentar dan menyukai tugas peserta didik, sehingga memudahkan dalam memberikan apresiasi kepada tim/kelompok.
5. Slack
Aplikasi manajemen proyek lainnya yaitu Slack. Dengan Slack pengguna dapat dengan mudah berbagi dokumen ke sesama tim. Selain itu, pengguna juga bisa memanfaatkan fitur tag, pada setiap project untuk memudahkan dalam mencari project di masa depan. Seperti aplikasi lainnya, Slack tidak hanya bisa digunakan lewat aplikasi baik desktop maupun smartphone saja, tetapi juga melalui situs web.
6. Google Task
Aplikasi manajemen proyek yang mungkin pertama digunakan yaitu Google. Pengguna dapat menggunakan Google Drive sebagai penyimpanan laporan penting yang dapat dibagikan dengan anggota Tim, atau Google Keep sebagai sticky notes yang terintegrasi dengan akun Google pengguna. Pengguna juga bisa menggunakan Google Task untuk mengatur tugas yang dapat diintegrasikan dengan Google Calendar dan memastikannya agar tidak terlewat.
Dengan berbagai aplikasi manajemen proyek ini diharapkan proyek tugas yang dikerjakan secara tim dapat terealisasi termasuk juga mempermudah pendidik melakukan pengawasan dan penilaian hasil kerja kelompok walaupun di masa pandemi. Tetap semangat berkarya.
Referensi:
Kemdikbud (2017). Model-Model Pembelajaran. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Penulis : Dr. Ika Kurniawati
*(Penulis adalah Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Muda Pusdatin Kemendikbud yang memiliki konsentrasi di bidang penelian dan evaluasi pendidikan)
Editor: Mgs. Fisika F
Ilustrator : Renny Febrianti
Refrensi :
https://blog.mokapos.com/aplikasi-project-management-terbaik