Gala Premiere FTV “Langkah yang Tersisa” di Cinema XXI Kota Singkawang

0
5664

[metaslider id=1443]

 

Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (PUSTEKKOM KEMDIKBUD) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Singkawang meluncurkan sebuah FTV pendidikan dengan judul “Langkah yang Tersisa”. Film tersebut dilaunching secara resmi pada gala premiere di Cinema XXI Kota Singkawang, Kalimantan Barat pada Selasa, 23 Oktober 2018.

Gala Premiere ini turut dihadiri oleh Kepala Pustekkom, Kepala LPMP Kalimantan Barat Bapak, Sekretaris walikota Singkawang, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Singkawang serta para pemain dan kru produksi yang terlibat dalam pembuatan film Langkah Yang Tersisa.

Film ini sarat akan pesan moral dan nilai-nilai pendidikan karakter. Dimana ceritanya mengangkat potret realita kehidupan, mulai dari refleksi kehidupan masyarakat yang multi etnis sampai permasalahan pendidikan.

Ftv “Langkah yang Tersisa” mengisahkan Lusi (18 tahun), seorang gadis keturunan Tionghoa yang ingin merubah pandangan gadis keturunan Tionghoa Singkawang yang tidak mempunyai keinginan untuk sekolah tinggi. Karena umumnya, gadis Tionghoa akan selalu dinikahkan dan dibawa pergi ke Taiwan. Ia memiliki sahabat yang bernama Indah (18 tahun) keturunan Melayu dan Maria (18 tahun) yang keturunan suku Dayak. Mereka bertiga bersekolah di SMA yang sama.

Meski dalam keadaan sakit, awalnya Lusi mencoba untuk membantu Yayang (18 tahun) teman sekolahnya, karena sudah lama tidak masuk sekolah. Namun karena sikap Yayang yang sangat mandiri dan ingin berkerja sendiri, tidak mau dibantu, maka Lusi pun akhirnya menyerah.  Baru kemudian, saat Maria sudah beberapa hari tidak masuk sekolah, Lusi mencoba untuk mencari tahu keadaan Maria. Namun ia pada awalnya tidak mendapatkan info apapun.

Keadaan pun semakin membuat kondisi Lusi terdesak, dimana selain ia sebenarnya sedang sakit parah,ia juga didesak orangtuanya untuk menikah dengan Ahok (26 tahun). Belum lagi masalah berikutnya, Indah juga ikut tidak masuk sekolah. Disinilah perjuangan Lusi dimulai dimana ia diuji dengan masalah pribadinya , namun di lain sisi dia juga ingin membantu teman-temannya agar terus bisa sekolah. (Ajeng Dika Fortuningtyas)